Nyalahan
We're Coming!
"Jembatan
akar jauhkah?" tanya saya sebelum meninggalkan rumah jaro, sebelumnya
pertanyaan ini telah saya lontarkan pada Doni dan ia menjawab
"Jauuuuuh". Kali ini saya tanyakan pada Sapri, dan ia menjawab
"Jauh. Mau lewat sana, Bel?" tanyanya. "Berapa kilo
kira-kira?" saya masih belum menyerah untuk melihat ikon Baduy yang
terkenal itu. "Ya, sekitar 16 kilo kalau sampai Cibeo". "Gimana,
Mas?" tanya saya meminta persetujuan pada senior. "Ya, ayo monggo aja".
Mendengar jawaban senior saya yang mantap, saya tidak ragu untuk mengangguk
mengiyakan pertanyaan Sapri. "Mumpung langit lagi baik!" jawab saya
semangat.
Here
We are! Petualangan menjelajahi kampung
Baduy yang tersohor pun segera dimulai. Kami berempat memulai trekking
setelah sebelumnya bernegosiasi masalah jarak dan waktu yang akan kami tempuh.
Memang kami tidak dikejar target harus sampai tujuan pukul berapa, namun ada
baiknya jika menyamakan persepsi terlebih dahulu. Karena bisa jadi dekat
menurut Sapri dan Doni, namun jauh menurut saya dan senior seperjalanan dan
bisa jadi jauh menurut mereka berdua, berarti lebih jauh lagi menurut kami.
Bismillahirrahmanirrahiim. Dengan menyertakan Dia di setiap langkah, kami pun bergegas
melangkah menemui nyalahan. Rute menuju jembatan akar berbeda dengan
rute menuju kampung Baduy Luar dan Dalam dari Kaduketu yakni kampung Baduy Luar
pertama yang akan pengunjung temui jika melalui gerbang "Selamat Datang di
Baduy" setelah turun dari Elf Ciboleger.
Perkampungan masyarakat luar Baduy |