" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Selasa, 29 Maret 2016

Dinding

Suatu hari saya merenung, sebenarnya manusia tak lain seperti sebuah dinding. Awalnya tiada lalu dibangun sedikit demi sedikit dari balok-balok batu bata. Direkatkan dengan semen. Tegak. Diperhalus lagi. Dicat dasar barulah diberi cat warna. Tua. Dinding kusam. Berjamur. Mulai keropos. Rapuh. Lalu, ambruk.

Sama seperti manusia, awalnya tak ada. Lalu Sang Pencipta jadikan kita ada. Tak serta merta ada tetapi melalui proses panjang dan luar biasa. Dari nutfah menjadi janin. Lalu lahirlah bayi dari kandungan wanita istimewa bernama ibu. Bayi tumbuh menjadi anak. Tegak. Sang anak beranjak menjadi remaja. Remaja telah berubah menjadi dewasa, lalu tua dan mulai sakit-sakitan dan ambruk.

Bedanya, dinding menjadi saksi bisu manusia yang menahan kesakitan di malam hari, yang pilu sendiri, yang bahagia bersama, dan yang meringkuk di sela ketiak pojok miliknya.

Lalu saya kembali terhenyak, manusia dan dinding pun punya satu kesamaan yakni, meskipun sama-sama berproses untuk menjadi tegak. Manusia dan dinding tak pernah tahu kapan saatnya ambruk tanpa perlu menjadi renta.

(B.E.J/Kp.Bulak, 29.03.16)

Rabu, 26 Agustus 2015

Baik-Buruk

Karena orang baik selalu disuguhi santapan kebaikan

      Maka,

Setitik saja ketidakbaikan dianggap sebagai

keburukan yang amat cela. 


     Di situlah letak 'buruk' mereka. Sekian.



(Baik-Buruk-B.E.J)

Rabu, 25 Maret 2015

4 Tips Mudah Menulis Cerpen

Antologi cerpen terbaru yang saya tulis bersama teman-teman tim NOBEL


Sudah sejak lama saya diminta untuk posting tentang tips menulis dan jawabannya selalu sama, saya geleng-geleng kepala. Bukan tidak mau, tapi saya bingung harus menulis tips yang bagaimana sebab saya menulis ya tinggal menulis saja. Hehe. Terlebih setelah buku antologi cerpen kedua saya lahir “NOBELISTA”, saya dipaksa memberi tips tentang bagaimana sih, Mbak cara nulis cerpen yang bagus? Wih, saya sendiri juga belum bisa kalau menulis cerpen yang bagus tapi, bolehlah kali ini saya sedikit berbagi dan mulai memetakan proses bagaimana cara menulis cerita pendek dengan mudah. Semoga bisa sedikit membantu.


1. Tulis Ide

Tiap kali ada ide yang terlintas di benak Anda, pastikan ide itu tertangkap dan tidak kabur lagi sebab seringkali ide-ide yang luar biasa kita anggap biasa saja dan tidak dicatat. Akhirnya, ketika disuruh atau ingin menulis cerita pendek kita malah kebingungan dan beralasan: nggak ada ide! Guys, itu alasan klise. Udah nggak zaman habis ide sekarang ini.

Coba tengok kang Yanusa Nugraha yang menulis cerpen Salawat Dedaunan yang pernah dimuat di Kompas, bisa jadi dia mendapat ide ketika melihat daun-daun yang jatuh berserakan. Intinya, apapun ide yang terlintas di pikiran Anda, tulislah! Jangan biarkan ide itu terbang dan hilang diterpa angin.

If you wait for inspiration to write, you are not witer, you are waiter! ”- Dan Poynte. Jika Anda terus menerus menunggu ide datang maka Anda bukanlah seorang penulis, tetapi seorang pelayan.

2. Bangun Konflik dan Penyelesaian

Setelah ide tertangkap, pasti kita akan mulai merancang bagaimana cerpen ini ke depannya. Di sinilah pentingnya mulai membangun konflik. Bayangkan saja, sebuah cerita tidak memiliki konflik pasti akan terasa sangat hambar. Bagaikan sayur asam tanpa asam, atau cah kangkung tanpa bumbu, pastilah mengurangi cita rasa. Begitu pula dalam cerpen, seseorang akan merasa penasaran dan ingin menghabiskan berbaris-baris kalimat cerita Anda jika konflik yang dibangun menarik. Pertanyaannya sekarang, bagaimana membangun konflik yang menarik? Pada dasarnya konflik diuangun dari kausalitas atau sebab akibat. Jika A maka, B. Tidak akan ada konflik jika tidak memiliki sebab.

Cerpen saya berjudul "Kampret" misalnya menceritakan konflik batin seorang pemuda yang akan memperkenalkan diri ke keluarga kekasihnya namun, ia merasa minder disebabkan oleh keadaannya yang miskin, yatim piatu, dan konflik terbesar yang membuatnya gamang adalah dia ragu apakah akan memperkenalkan diri pada orangtua sang kekasih dengan menyebutkan namanya yakni, Kampret, sebuah kata yang dirasa amat kasar dan tidak sopan sebab sering digunakan untuk mencemooh. Di sisi lain, ia tidak ingin merubah namanya bagaimanapun keadaannya, karena nama itu pemberian mendiang ibunya. Sebuah nama yang memiliki filosofi kuat.

Nah, konflik tidak selamanya terjadi antara satu orang dengan orang lainnya. Bisa jadi, konflik hanya terjadi antar tokoh dengan batinnya sendiri. Jika konflik telah dibangun, maka sudah tugas kita sebagai penulis untuk memberikan penyelesaian yang baik. Entah cerita ini akan selesai dengan akhir yang bahagia, akhir yang sedih, atau akhir yang menggantung.

3. Miliki Tokoh yang Unik

Penting sekali dalam membuat karakter tokoh yang unik, sebab tokoh ibarat jelmaan penulis dalam menyampaikan pesan dari cerita yang ia tulis. Saya amat terkesan dengan tokoh cerpen eyang Sapardi  Djoko Damono yang berjudul "Rumah-rumah". Di dalam cerpen tersebut yang menjadi tokoh adalah rumah-rumah. Antara satu rumah dengan rumah lainnya memiliki pandangan tersendiri terhadap dirinya dan penghuninya, pun tokoh rumah-rumah itu juga saling menilai antara satu rumah dengan rumah yang lain.

Barangkali selama ini kita hanya menganggap manusia sebagai tokoh dalam cerita, namun rupanya hewab, tumbuhan, dan benda mati pun juga bisa dijadikan tokoh yang unik. Semakin unik tokoh dalam sebuah cerita, semakin membekas cerita tersebut dalam benak pembaca.

4. Menentukan PoV (Point of View)

Ada yang sering bingung kalau mau menulis? Bagusnya tulisanku ini pakai sudut pandang pertama atau ketiga ya? Writers... sebenarnya menggunakan sudut pandang atau point of view pertama atau ketiga itu tidak jauh berbeda. Hanya saja, PoV pertama akan memberikan kesan mendalam dan dekat dengan pembaca lantaran pembaca seolah-olah menjadi tokoh “Aku” dalam cerita Anda, sedangkan PoV ketiga lebih membuat penulis bebas dalam menuliskan apapun yang ia tahu karena sudut padang “Dia” bebas mengetahui segala hal dalam cerita.

Jadi setiap PoV memiliki kelebihan, tinggal bagaimana kita nyaman membawakan cerita yang akan kita tulis. Jika kita lebih nyaman menggunakan “aku, saya, dan kata ganti orang pertama lainnya” maka silakan pakai PoV pertama, namun jika kita merasa lebih leluasa jika menceritakan menggunakan “dia, lelaki itu, gadis itu, dan nama orang lainnya” maka kita bisa mencoba menggunakan PoV ketiga.

Yakin deh, kalau Anda sudah punya 4 unsur di atas maka tidak akan sulit menulis cerita pendek. Selamat mencoba, selamat menulis.




Ciputat, 26 Maret 2015
Sembari menunggu hujan reda pagi ini, 

Belda E. Janitra




Jumat, 16 Januari 2015

Agama di Matamu, Agama di Mataku, Agama di Mata Tuhan

Tuan, agama bukan hanya urusan surga dan neraka. Meski itu nanti akhir tujuan kita semua. 

Tapi Tuan, tahukah Anda ketulusan dan pengorbanan tanpa ada setitik pun niat menyakiti hati orang lain pun rupanya juga penting diingat oleh orang beragama. Ketulusan untuk menebar manfaat pada semua.
Banyak orang beragama yang fokus pada tujuan akhir, hingga ia bersi keras bahwa ia lah yang paling benar dan yang lain salah. Ia hanya tahu kebenaran yang ia anut akan membawanya ke surga. 

Bukan Tuan, bukan saya menggurui ataupun saya orang paling alim sekali pun. Bukan pula saya pernah mengunjungi surga dan neraka seperti baginda Rasul kita. Tapi Tuan, seorang anak kecil yang mengaji di TPQ kampung tempat saya singgah dulu pernah mengulang hafalannya tentang perkataan sang baginda, bahwa agama adalah cinta kasih: pada sesama, pada semesta, dan pada Pencipta. 

Tuan, sekali pun jalan pikir kita tak pernah bertemu dalam diskusi hening ini. Saya hanya mohon satu hal, yakinilah bahwa Dia tak pernah lelap. Akan selalu tahu apapun yang kita kerjakan. Sediam apapun mulut tak bersuara, Dia tahu kita sedang berdebat hebat dalam relung hati masing-masing. 

Tuan, Tuhan itu Maha Cinta. Bagaimana kita bisa memahami agamaNya jika kita tidak bisa menumbuhkan rasa cinta satu sama lain?

Mohon maaf, jika saya lancang bertanya seperti ini untuk menggedor pintu hati Tuan. 

(Agama di Matamu, Agama di Mataku, Agama di Mata Tuhan-B.E.J)

Senin, 22 Desember 2014

(Belajar Membaca) Kunci dan Gembok

Ada kunci dan gembok.

Mereka sepasang.

Boleh terpisah,

tapi

tetap saja

kunci dan gembok

hanya akan bercinta

jika

bertemu pasangannya

kalau tidak

kunci akan merusak dirinya
sendiri

dan

gembok rapat takkan terbuka

es a sa: sa, dipaten m: sam, pe a pa: pa, dibubuhi i: sampai
ka a ka: ka, pe a pa: pa, dipaten n: kapan
pu u pu: pu, dipaten n: pun

disambung semua:

sampai kapanpun.




[(Belajar Membaca) Kunci dan Gembok-B.E.J]

Sabtu, 29 November 2014

Pulanglah Panglima Hujan!





Lalu dalam keroyokan prajurit hujan sore ini, kuwanti-wanti pada mereka:
bilakah panglimanya terjebak,
maka mohon lindungi dan pulangkan ia dengan selamat.
Lantaran kami kekasih hujan,
jika sang panglima tak berpulang maka sang putri pun akan sederas rinai matanya
sebab sebentar lagi ia memutuskan tidak lagi menjadi: pluviophile!

(Pulanglah Panglima Hujan! - B.E.J)


(Picture source: Google)

Sabtu, 22 November 2014

Titip Rindu Pada Bulan

Titip rindu pada bulan,

Saat pungguk tak memalu meruahkan rindu

Titip rindu pada bulan,

Sungguh pungguk tetap juga tak bisa maju untuk bertemu

Titip rindu pada bulan,

Pungguk ini apa-apaan selalu tak lelap tidur asbab rasanya sudah menyulur

Titip rindu pada bulan,

Apakah akan sampai salam ini? Lantaran pungguk tak pernah belajar berapa lama evolusi bulan atau bagaimana orbit garis edar bulan.

Yang ia tahu:

Bulan ada di atas sana. Tersenyum. Manis sekali diaduk gulita malam.
Entah senyum untuk siapa.



(Titip Rindu Pada Bulan-B.E.J)