" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Selasa, 30 Oktober 2012

Rasian Rindu



Kata rasian menurut kamus ilmiah popular karya Pius A partanto dan M. Dahlan Al Barry adalah mimpi yang mengandung arti. Sedangkan rindu adalah (be) rasa ingin jumpa;kangen. Terlalu banyak kosakata yang bisa menggambarkan berbagai suasana dan peristiwa namun untuk kali ini cukup dua kata diatas yang bisa mewakili apa yang menyesak di dada. Bergumul jadi satu, meluapkan sebuah emosi, tapi apa daya tak mungkin tersalurkan saat ini. Dan harus tidak mungkin! Pias.

Kisah ini nyata terjadi dalam realita sehari-hari. Suatu malam ketika pasukan jangkrik dan serdadu serangga lainnya mulai mendendangkan lagu nina bobok agar para jiwa bergelar manusia lelap dalam buaian aroma wangi bunga sedap malam, seorang anak terjengkang dari dipan 2x1/2m-nya berkeringat dan ketakutan. Seluruh darahnya terakumulasi ke jantung membuat kerja organ tersebut bertambah berat. Jantungnya berdetak begitu kencang hingga nyaris menembus kulit dadanya. Mimpi tadi begitu nyata. Dan si anak terhuyung.

Selasa, 23 Oktober 2012

Secarik Untuk Sebuah Nama

Tak mampu melepasnya walau sudah tak ada
Hatimu tetap merasa masih memilikinya
Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah merasa memilikinya

Pernahkah kau mengira kalau dia kan sirna
Walau kau tak percaya dengan sepenuh jiwa
Rasa kehilangan hanya akan ada
Jika kau pernah merasa memilikinya
Memiliki Kehilangan-Letto


Hai! Perkenalkan namaku Belda Eldrit Janitra. Orang-orang biasa panggil Belda. Tapi terserahlah kamu mau panggil apa. Toh, apalah arti sebuah nama. Iya kan?

Sempat jengah saat dengar ternyata kamu berpulang lebih dulu. Sayang sekali, kita belum sempat bertatap muka dan berjabat tangan untuk sekadar saling tahu. Padahal rotasi waktu saat itu hampir saja mempertemukan kita namun apa daya kesempatan memang tak mengizinkannya, hingga terbitlah sebuah postingan wisata tak terduga.

Aku memberanikan diri mengirim secarik kecil ini demi sebuah penghormatan tiada akhir pada sebuah mimpi sederhana dua karib anak manusia. Berharap ada satu malaikat mau singgah sebentar untuk membaca corat-coret ini dan semoga sampai di telingamu di alam yang mungkin sudah beda dimensi.

Mirzania bin Lutfi Basyaep. Namamu tergurat jelas di batu putih itu. Simbol yang mengingatkan bahwa semua komponen akan kembali padaNya. Dalam kasih sayangNya.

Aku hanya sanggup menunduk haru ketika karibmu banyak berkisah. Bagaimana perjuanganmu melawan ganasnya ia menggerogoti. Tak heran jika ia menghujani kisah ini dengan airmata. Sebelum sangat terlambat, aku akan ingatkan pada siapapun yang membaca postingan ini bahwa tulisan yang ada edisi kali ini memang super duper melow jadi jika kau tak tahan membacanya silakan beralih dan tinggalkan namun, jika kau ingin tahu bagaimana rasanya memiliki kehilangan silakan teruskan.

Bagaimana seorang sahabat bisa melukiskan mimpi-mimpi secara nyata disaat yang lain belum sempat memikirkannya. Tidak perlu muluk-muluk. "Aku hanya ingin berangkat dan pulang sekolah dengan mengayuh sepeda onthel kita bersama sambil tertawa membelah ruas jalan dengan pelepah batang bambu yang mengotorinya", tuturnya masih tak bisa menghentikan aliran air di tepi okulusnya. Itu mimpi sederhanamu. Ingin selalu dekat dan tahu bagaimana perasaannya setiap saat. Sedihkah? Bahagiakah? Atau biasa saja.

Seingatku, tak ada kekuatan yang lebih dahsyat untuk melangkah bersama selain sebuah kepercayaan seorang sahabat.

Senin, 15 Oktober 2012

Saatnya Melepas Topeng

Saya-Aku. Anda-Kamu. Tersadar rasanya seperti terhentak. Saat sebuah keharusan meluruhkan keindahan. Saya juga bingung sejak kapan jubah besar membungkus kemurnian diri bukan semata-mata menutup dan melindungi tapi menyamarkan. Serta sebuah topeng yang seakan menempel permanen menindih keakuanku.


Mulailah sedikit pengembaraan membentangkan jalan beraspal dengan kanan kiri gersangnya gurun yang tak indah sama sekali, pun tak menyerempet Sahara. Dan terik siang segera melalap bayangan membeber fatamorgana.

Sejak kapan pula seutas tali yang dekat terasa amat jauh sedang segelondong ikatan tampar nun jauh tampak di ujung hidung? Tipuan. Semua disini disetting untuk sebuah tipuan. Entah menipu atau ditipu. Hingga jangan salahkan jika banyak poster yang mejeng disana-sini bertuliskan "Hati-hati terhadap penipuan atas nama apapun!". Sebuah tipuan oh bahkan beribu-ribu tipuan sehingga tebal topeng kemunafikan berhasil mengcover setiap celah pori wajah.

"Itu bukan tipuan! Itu trik bertahan!", tukas anda suatu siang sambil menikmati jajanan kantin. Hei! Apa bedanya tipuan dengan trik? Bukankah itu sama-sama cara untuk mengelabui seseorang? Baiklah, kali ini anggap saja itu dapat menjawab terombang-ambingnya sebuah kano kecil diatas sungai tak bertepi di sela-sela kota Venesia. Anda jangan heran, saya tahu Venesia kota yang indah dari banyak penuturan, termasuk seorang senior yang sangat mendukung berbagai kiprah dan tingkah polah saya yang selalu anda anggap tidak wajar.

Setitik anugerah yang patut didecap dalam-dalam. Kala masa itu datang. Masa dimana setiap Detik berlomba untuk menggumpalkan Menit dan Menit berlarian sambil terbahak meraih Jam."Aduh!", langkahnya terhenti seketika kemudian menoleh ke belakang dan berucap, "Cukup! Kali ini jam tidak akan menguntai sebuah takaran hari", ucapnya bersamaan dengan tangis sendu. "Cup..cup..cup.. Tak apalah sayang, selagi hayat masih dikandung badan! Setiap molekul yang keluar masuk fentilasi ini masih berpihak pada keyakinan di depan kening kamu", ujar sang Mimpi menenangkan. Semoga anda pernah membaca novel megakarya itu. 5 cm. Yang saya anggap sebagai buku panduan perjalanan. Keyakinan, keinginan, harapan, cita-cita, dan mimpi itu ada. Bukan sekedar ilusi. Anda harus percaya itu!

Maka di pergeseran jarum jam dinding yang mengangkang angkuh diatas papan tulis putih lebar yang sudah mulai usang. Saya meminta izin dengan segala ketawadu'an yang takkan mereda. Dengan sikap badan menunduk tanpa ada rasa menantang. Biarkan saya meregangkan simpul jaring laba-laba ini. Biarkan saya melepas topeng yang hampir melukai guratan muka asli pemahatnya. Biarkan saya menatap pelangi yang datang selepas hujan di akhir musim tahun ini, menatap; berarti melihatnya secara intens dan leluasa tanpa ada penghalang seinci pun. Biarkan saya menjadi AKU! Karena kesempatan tak datang dua kali dan sejarah takkan terulang. Hanya saja suatu saat akan ada irama dan nada yang terdengar serupa. Hanya serupa, namun tetap saja berbeda.

B.E.J
Perpus, ketika matahari bersembunyi







Kamis, 04 Oktober 2012

Pohon Besar

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang pemimpin di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan pemimpin di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.""

Sebuah firman dari lembaran putih membuka hari saya pagi ini. Seperti melesat kemudian jatuh dan menghujam tepat di tengah pusat kesadaran. Seorang pembesar kemudian berkata, "Bagaimana bisa mereka mengecam Tuhan yang hendak menjadikan seseorang untuk memimpin ranah bumi?". Sontak hening menyelimuti, tak ada yang berani bersuara. Namun, "Mungkin karena mereka adalah jiwa-jiwa yang suci sehingga mereka berhak mengetahui beberapa privasi yang dituliskan olehNya", satu suara memecah keheningan ruangan ini. Sang pembesar hanya tersenyum bijak, kemudian bertutur, "Tahukah kalian, sebelum bapak kalian yang tercipta dari tanah itu dilahirkan sebenarnya telah ada kehidupan dari para kaum terdahulu. Entah jasadnya tersusun dari tanah pula atau lebih mulia seperti remah-remah emas, atau mungkin juga lebih hina terkomposisi dari adonan lumpur pekat menjijikkan? Sampai saat ini belum ada penemuan yang berhasil mendobrak ilusi hingga tercipta sebuah dogma. Yang jelas adanya kehidupan sebuah kaum terdahulu yang sama seperti saat ini. Sama-sama berakal."

Setelah beringsut dari posisinya semula, sang pembesar melanjutkan, "Dari situlah mereka mengetahui apa yang akan terjadi jika Tuhan memilih seorang dari manusia untuk memimpin buana. Sebuah rasa trauma yang mungkin masih menggantung dalam benak mereka saat Tuhan melakukan kehendakNya. Hancurlah kaum itu sebab tak tunduk dan patuh. Hidup mereka hanya diisi dengan pertengkaran dan kemungkaran. Jadilah tak salah jika Tuhan menghapuskan mereka dari semesta."

Banyak tanda tanya besar yang tiba-tiba merundung pagi ini. Penjelasan barusan menyiratkan banyak teka-teki. Yang untuk menyelesaikannya tak cukup hanya bersuara menumbangkan hipotesa, atau menulis menyatakan apa yang tak terucap. Belum selesai sampai di situ, sebuah pertanyaan atau mungkin pernyataan berhasil mengatupkan mulut-mulut yang hendak segera berceloteh. "Atau mungkinkah, adanya kita saat ini adalah kelahiran kembali dari kaum terdahulu yang mungkin sudah Tuhan poles sedemikian rupa sehingga lebih tersembunyi titik-titik kedurhakaan dan kemurkaan kita? Dengan kata lain, reinkarnasi."

Selasa, 02 Oktober 2012

Tidur Siang

Entah sejak kapan saya mulai memikirkan dengan sangat tentang suatu hal. MIMPI. Yang saya tahu dulu, mimpi adalah sesuatu yang hinggap pada saat tidur. Sesederhana itu. Beranjak SMA, mulailah banyak kawan  yang membicarakan ini-itu . Sesuatu yang mereka usahakan untuk diperoleh dan menunggu di ujung sana. Itu mimpi, kata mereka.

Hingga saat ini kedua kaki saya masih kokoh berpijak dan pikiran saya masih pula terus mengambang. Sebenarnya apa kehebatan satu kata yang terkomposisi dari lima huruf itu?

Sebuah kata yang sengaja mendobrak pertahanan serapuh triplek pada dinding terkuat sebuah rumah kardus. Meminta pernyataan 'apakah sebuah ideologi masih harus dipertahankan untuk sebuah pencapaian baru yang menjanjikan pahit manisnya kehidupan?'

Ah~ terlalu rumit untuk menjamah kata hidup, belum lagi imbuhan ke-dan-an-nya. Baiklah mungkin masih harus saya selami lebih dalam. Dan sekarang biar saya lanjutkan. Tidur siang di kelas hari ini. >.<



BEJ

02 -10-2012
Kelas;13:40