" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Jumat, 31 Mei 2013

Sejauh Ini

   Sejauh ini
Belum terbesit di benakku untuk memetik buah dari sebatang pohon besar di tengah rimbun belantara. Banyak hal yang menjadikannya gerombolan pertimbangan. Aku belum punya kekuatan. Belum sanggup untuk meraihnya

   Sejauh ini
Aku masih sama seperti dulu. Pungguk yang selalu merindukan purnama. Entah purnama ke berapa. Boleh jadi ini hanya sekadar mimpi buruk yang tak kunjung usai. Tapi sungguh, melihatmu bersinar di atas sana cukup menentramkan kalbuku

   Sejauh ini
Banyak sekali yang datang untuk singgah dan mengobrol ringan. Tak ada tendensi apalagi elevasi. Ini hanya masalah waktu dan desolasi. Maaf, telah menjadikanmu seorang yang dejeksi. Kau ataukah malah aku?

   Sejauh ini
Temanku tetap itu-itu saja. Udara, Angin, dan Air. Sudah kubilang tadi, aku sama seperti dulu. Aku, Tanah. Aku darimana kau berasal. Aku yang selalu kau injak. Aku yang selalu kau belai. Aku yang selalu kau maki. Aku yang selalu kau rindukan. Aku-kau kembali!

   Sejauh ini
Hanya Udara. Yang selalu membebaskanku berekspresi. Membuatku bernapas, meski kadang sering sesak jika kuingat kau

   Sejauh ini
Hanya Angin. Yang selalu menyejukkanku. Kadangkala ia sedikit nakal dengan menerbangkan benih-benih kecil hingga tumbuh tunas baru. Namun tetap saja, tak pernah berbunga mekar arum sepertimu

   Sejauh ini
Ada Air. Yang selalu menyirami sedu sedanku. Mengajakku berinteraksi. Menguatkanku, bahwa akulah yang terhebat. Aku mampu menjadikan apapun. Aku muasal segala bermulai.

   Sejauh ini
Adakah selain Cahaya? Yang sanggup membuatku terus menapak dan bertahan agar tak menjadi tandus. Kepada Cahaya Itulah, selalu kuselipkan salam untukmu. Adakah kau di jauh sana atau mungkin di sekitarku sini namun tak terbesat? Hanya kepada Cahaya kutitipkan pula jengah ini. Rasa jengah terus menunggumu

   Begitulah, sudah sejauh ini
Aku tetap maha dahsyat!
Selalu membiarkan bias rasa ini termaram oleh cahaya.




                                       B.E.J, 31-05-2013
                                               12:55 am

Rabu, 29 Mei 2013

Nirwana


Wah..wah..Toples Mimpi terlihat sangat lenggang sebulan terakhir ini. Maklumlah, untuk hari-hari selepas ujian-ujian akhir akademik sekolah menengah atas ini hidup saya kluntang-kluntung tidak jelas. There is no passion to dream and to do anything. Miris sekali memang. Sedikit berbagi, kegiatan formal saya tiap harinya hanya menghabiskan waktu paling banyak sekitar 2 jam di pagi hari dan 2 jam di malam hari. Total sehari 4 jam, selebihnya? Saya serahkan pada waktu itu sendiri.
Secara teori dan logika sederhana, orang yang tidak banyak kegiatan maka akan lebih produktif dalam berpikir, berimajinasi, dan, berkarya. Namun, sepertinya teori awam itu tidak berlaku untuk diri saya. Semakin banyak menganggur, semakin beku jalan pikiran saya. Draft kewajiban terbengkalai, deadline mepet, beberapa persyaratan tidak memenuhi kualifikasi, dan lain sebagainya. Saya rasa semua kemelut ini memang sudah waktunya terjadi secara bersamaan jadi, saya nikmati saja ritme ngelantur ini. Hahaha.
***
Malam itu selepas saya menikmati sebungkus nasi goreng, seorang kawan menanyakan rencana libur tanggal merah peringatan kenaikan Isa Al-Masih. Awalnya, dia mengajak untuk hiking Panderman. Saya yang have no passion  jelas langsung menolak. Jadilah, ia melejit dan akhirnya terlontar sebuah tantangan bertajuk ‘Explore Yok!’.
Tantangan yang ditujukan untuk tiga orang di antara kami ini, mengharuskan kami untuk berwisata dan mendokumentasikannya berupa foto dan catatan perjalanan. Wisata apapun, bebas.  Bagi siapa yang tidak berwisata maka wajib mentraktir pihak yang berwisata segelas Mc Flurry Caramel dan makan di kantin. Okelah, saya terima! Mengingat beberapa hari kemarin saya terus dihantui sebuah destinasi bernama ‘Kakek Bodo’. Hahaha
***

Gerimis Ranu Pane


Hari ini berita cuaca belum jelas benar
Sebentar terik sebentar hujan
Sebentar panas sebentar dingin
Sebentar-sebentar
Sebentar saja, jangan berbentar-bentar!

Saat truk sayur mulai menggebu
Bergelut pada makadam yang juga berego seribu
Kita berdecap-decap
Membatin apakah rindu ini akan sampai pada muaranya?

Lihatlah sayang, tawa lugu anak-anak SD itu
Tawa yang selalu  kita ingat dalam malam-malam sunyi
Sebelah sana  sayang, ibu-ibu menungging menyusun seledri-seledri
Yang wanginya selalu tercium dalam indera kita yang kadang mampat

Mesin truk ini masih terus meraung
Sayang, apakah kau lelah?
Perjalanan ini masih jauh. Jauh sekali.
Hingga kita akan menapak lebih jauh
Lebih lama…lebih banyak…sampai kita menjadi tamak
Plangkat ucapan selamat datang
Yang sering kita gunjingkan
Terlihat jelas di depan sana
Desa mungil ini selalu menjadi sasaran kita
Sasaran menambatkan luapan rasa sesak

Sayang, mari sejenak kita mendongak ke  atas
Melihat langit hitam berhiaskan gumpalan awan mendung
Tidak, jangan takut! Aku di sampingmu
Sambar-menyambar kilat-kilat kecil itu
Hanyalah sambutan hangat untuk kehadiran kita

Tik…tik…tik…
Tiga tetes ini dia datang

Sayang! Dia akhirnya datang
Buka tanganmu dan pejamkan matamu
Rasakanlah!
Ini yang kita tunggu
Anugerah langit yang damai
Menyirami luapan emosi dada kita

Rasakan sayang
Rasakan lagi lebih dalam
Luapkan rasa sesakmu
Menangislah jika perlu
Jangan ragu!
Gerimis ini akan mengaburkan air matamu
Gerimis ini akan menutupi raut sedihmu

Sayangku, biar semua apa kata orang
Kita akan selalu ada
Bersama gerimis di desa mungil ini
Entah tetap ada hingga
Esok atau lusa.
Malang, 22-05-2013
B.E.J / 06:20


Selasa, 28 Mei 2013

Untuk Alam


Ada angin dingin yang mengelus lembut di pipi
Ada gerimis ramai yang menyerbu jatuh ke bumi
Ada kau, aku, dia
Hanya kita
                        Pada sepatu  boot  karet  yang  kokoh menjejak ladang perbukitan
                        Pada kain sarung  yang  terselempang sembarang  di  leher pemiliknya
                        Padamu alang-alang,  padamu aral, padamu asa
                        Padamu hujan, padamu hutan, padamu hidup
                        Aku padaMu!
Hari itu kita masih sibuk bercekcok
Tentang beban di punggung yang seberat dosa
Saat kita mulai berhenti terkekeh
Menertawakan carut-marut tanah khatulistiwa
Sambil sibuk menekankan jari pada cokelat beku
Saat itu  yang  terlampau itu! 
                        Hingga pada klimaksnya
                        Kita berjalan terpisah
                        Di jalan setapak yang  menuntun kita
                        Untuk kembali mencumbu sejuknya embun
Yang  jatuh pada dahan cemara Oro-oro Ombo
Pada saatnya nanti
Kita kembali bertemu
Terdiam hikmat menikmati sembulan jingga
Matahari satu
Matahari  yang  muncul dari belahan bukit Ranu Kumbolo
                        Ada kalanya kawan menjadi lawan
                        Ada saatnya dekat semakin menjauh
                        Tapi itu tidak berlaku untuk kita
                        Kita yang pernah ada, bersama
                        Meski tak selamanya
Ingatkah kau pesan  Gie,
“Kita tidak pernah menanamkan apa-apa
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa”
                        Untuk itu, tetaplah berbahagia
                        Meski kebobrokan sering merubah nuansa
                        Untuk itu, tetaplah berpijak
                        Meski kepalsuan memburamkan cakrawala
Tak lama lagi ya takkan  lama lagi
Akan datang peri hutan
Membawa sejumput rotan
Rotan suci untuk sebuah misi suci
                        Untuk Alam beserta seluruh simfoni
                        Untuk kita
                        Untukku
                        Untukmu.
Malang, 21-05-2013
B.E.J / 11:35

Duo Kumbolo (2-End)


Take my hand tonight
We can run so far
We can change the world, do anything we want!
We can stop for hours
Just staring at the stars
They shine down to show us…

            Ternyata matahari segera beranjak dan senja pun mulai membungkus kami.Ranu Kumbolo menjadi lebih damai dengan sura-suara garengpung dan hewan malam lainnya yang siap memulai choir nya malam ini.Sesuatu eh  bahkan ternyata seseorang atau mungkin malah beberapa yang mengamati saya tadi berhasil terekam jelas profilnya meski penglihatan saya samar-samar. Ingin tahu siapa mereka?
            Taraaaa! Ternyata mereka bukanlah makhluk halus seperti yang saya harapkan sebelumnya. Padahal dalam hati tadi, saya mengharap akan memperoleh unforgettable experience yang ‘wow’. Tak apalah, bertemu dengan teman lama pun akan lebih mengesankan daripada bercanda dengan penghuni dari dimensi lain.Tiga teman sekolah saya kloningan alien dan monster yang bergenre laki-laki ini ternyata sudah sampai di TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) kemarin (Jum, 170513) dan telah sampai di puncak Mahameru tadi pagi.Seru sekali (sepertinya) cerita yang mereka tuturkan kepada kami selepas saya menunaikan ibadah senja.Baiklah, setelah kami mengobrol ngalor-ngidul akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke tenda mereka di pinggiran danau Kumbolo ini.

            Sekitar pukul 20:00 suasana di sekitar Ranu Kumbolo mulai terlihat tenang. Para pendaki mulai memasuki rumah-rumah keong mereka dan bersiap terlelap dalam bungkusan hangat sleeping bag.Mas-mas PMS tampaknya juga sudah mulai pada jatuh bergelimpangan, suara mereka hanya sayup-sayup terdengar dari jarak tenda kami. Hal itu wajar sekali, mengingat trekking yang kami lakukan tadi siang cukup memakan banyak tenaga. Di saat yang bersamaan, kami berdua baru saja akan memasak logistik untuk makan malam sekaligus untuk menghangatkan badan.

You know when the sun forgets to shine
I’ll be there to hold you through the night
We’ll be running so fast we can fly, tonight..
And even when we’re miles and miles apart
You’re still holding all of my heart
I promise it will never be dark
I know we’re inseparable!

            Saya dan teman saya memilih untuk membiarkan udara dingin malam ini menguarkan rasa lelah dan kecewa kami.Entah inikah yang dinamakan kecewa tak beralasan? Kami berdua tersenyum getir, entah sebenarnya apa yang sedang kami pikirkan dalam benak. Yang jelas, kami berdua sama-sama bernostalgia kala pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini. Tawa hangat bersama sahabat-sahabat kami, selimut buluk yang menghangatkan banyak kaki, roti sisir matahari yang rasanya legit sekali, semangkuk super bubur hangat, segelas susu milo panas, guyonan klise yang terdengar konyol, dan masih banyak lagi kenangan yang membuat kami menerawang jauh. Kami sudah sampai di muara rindu ini namun, kami tak mendapatkan oknum-oknum pencipta rindu tersebut.

            Mari beranjak dari suasana yang kurang mengenakkan ini.Malam ini menu makan malam kami adalah, nasi-indomie soto-nugget-dan milo panas.Di tengah kami menunggu air mendidih, tiba-tiba sesosok tubuh jangkung datang ke arah kami. Bukan genderuwo atau semacamnya, jangan bersuudzon dulu! Hahaha.Ternyata seorang anggota PMS belum berminat untuk istirahat lebih dini malam ini. Seorang mas tersebut akhirnya mengajak kami menikmati malam di alam terbuka ini dengan mengobrol kesana-kemari tentang banyak hal. Sesekali kami berdiskusi menanggapi satu masalah yang sedang nge-in sesekali kami tertawa mendengar penuturan yang terdengar lucu.Nice talking with him! Feels like a family. 

Duo Kumbolo (1)

Uyee..Uyeee…!
So scared of breaking it that you won’t let it bend! And I wrote two hundred letters, I will never send…Sometimes these cuts are so much…Deeper then they seem…You’d rather cover up…I’d rather let them bleed…So let me be…I’ll set you free!


Oke! Mari pagi ini kita berdendang bersama ditemani Maroon 5 yang sudah dari tadi menyanyikan lagu lawasnya Misery. Jam unyu saya masih menunjukkan pukul 05.00 pagi hari, masih terlalu pagi jika ingin bernyanyi, berteriak, dan berjingkrak-jingkrak. Jadi, saya putuskan untuk diam dan menikmatinya dalam headphone sambil sedikit menggelengkan kepala ke kanan-kiri saya masih terus memantau perkembangan lalu lintas JL.Bandung menuju Tumpang pagi ini, belum ramai memang hanya ada beberapa angkot biru yang sudah beroperasi.
Mau kemana kami?Yap, seperti yang sudah saya bocorkan sedikit pada judul di atas.Anda semua pasti sudah bisa menebak. Baiklah, saya perjelas: kami berdua (saya dan satu teman perempuan tangguh) akan pergi menghabiskan weekend(18-19 Mei 2013)di Ranu Kumbolo. Sebuah danau indah yang mungkin sudah tak asing di telinga para pendaki.Danau yang luasnya 14-15 Ha ini berada di ketinggian 2400 Mdpl tepatnya di kaki gunung Semeru.Perlu sedikit trekking memang, tapi keindahannya mampu membuat kami berdua ngeyelharus segera berangkat dan mencumbui muara rindu kami. Dengan sedikit nekat,ups maksud saya dengan sangat nekat kami berangkat berdua via truk sayur dari Tumpang.

I am in misery…There ain’t nobody who can’t comfort me…Oh yeah! Why won’t you answer me?...Your silence is slowly killing me…Oh yeah!