Selasa, 29 Juli 2014
Bolehkah?
Mengingatmu bagai menggenggam salju. Dingin merasuk, menusuk dalam hingga jaring epidermis kulitku, namun lima detik kemudian cair. Kau lenyap membekaskan senyap.
Mengenang tiap jengkal jejakmu bagai menyapu pelataran raya aspal. Raib sejenak debu di pekat kerak jalan, lima detik kemudian satu butir debu kembali hinggap lalu jadi dua kemudian tiga hingga beranak pinak.
Kau lekat bersama jangkahku, menjejak bersama kakiku.
Mencintai butir kekuranganmu bagai menakar bahagia di tiap gram timbangannya. Ada ukuran untuk tiap kesedihan pun ada harga bagi semua kebahagiaan. Kau adalah aku, itulah mengapa aku selalu khawatir tak berkesudahan.
Khawatir kalau-kalau aku hanya akan memiliki semua ke-aku-an egoku padamu.
Kalau boleh aku minta pada Tuhan:
Bolehkah aku mencintai-mengenang-dan selalu mengingatmu sebentar saja di hela nafas tahiyat akhir sebelum salam?
Lantaran sentana jawab tengadahku bukan kau, aku takkan pernah menyesal.
Kau pernah ada itu sudah lebih dari cukup.
(Bolehkah?-B.E.J)
Minggu, 27 Juli 2014
Hening
Kutemukan kata hening.
Setelah sebelumnya kucari diantara
tumpukan diksi dalam belantara
kata.
Yang kutahu, hening adalah
ramai yang menyenangkan dan sepi
yang tak mencekam.
Hening bersama-Mu tak melulu senyap, dingin, dan membunuh.
Hening bersama-Mu kala dahi ini rata dengan bekas pijak kesombongan diri.
Hening bersama-Mu adalah
rehat diantara triliunan kesibukan
yang takkan pernah berakhir.
Hening bersama-Mu adalah jeda
dipilin tuntutan yang kian
menghimpit.
Hening bersama-Mu
adalah dua kata di sujud akhir dini
hari:
bersyukur memiliki-Mu
adalah hakikat hening ini.
Hening bersama-Mu, entah ini
malam yang Kau janjikan lebih
mulia dari penuh purnama seribu
bulan atau hanya kenikmatan
ciptaan yang mendekat sejengkal
pada Penciptanya.
Yang jelas kumohon dengan sangat satu hal:
Jangan pernah tinggalkan aku!
Entah setelah pucuk malam ini
tandas atau malam-malam bertele
berikutnya.
(Hening-B.E.J)
Kamis, 17 Juli 2014
Silakan Anda yang Beri Judul Sajak Ini
Sedang mencari apa?
Tak ada lagi resah yang saya tulis
Tak nampak lagi khawatir yang saya simpan
Tak lahir lagi ragu yang saya gumamkan
Semua sudah jelas.
Anda menulis, begitu pula saya
Tinggal kita tunggu tinta emas Tuhan
Dalam kitab agung di Lauh Mahfudz
Akan:
Berujung kemanakah kisah ini?
Semoga kehendakmu, kehendakku,
dan kehendak-Nya
Menyatu dalam rindu doa sepertiga
malam di akhir sujud
Sebab:
Tak ada jarak yang terintang amat jauh
Tak ada ruang yang terlampau sangat hampa
Tak ada waktu yang terlalu mengikat lama
Karena:
Semua sedekat, sesingkat, seikat
kening dan sajadah
Sesaat sebelum kita menengadah
Semoga Anda-lah yang akan
melancong, makan, dan menulis
bersama saya.
Hingga abadi menghiasi toples mimpi. :)
Tak ada lagi resah yang saya tulis
Tak nampak lagi khawatir yang saya simpan
Tak lahir lagi ragu yang saya gumamkan
Semua sudah jelas.
Anda menulis, begitu pula saya
Tinggal kita tunggu tinta emas Tuhan
Dalam kitab agung di Lauh Mahfudz
Akan:
Berujung kemanakah kisah ini?
Semoga kehendakmu, kehendakku,
dan kehendak-Nya
Menyatu dalam rindu doa sepertiga
malam di akhir sujud
Sebab:
Tak ada jarak yang terintang amat jauh
Tak ada ruang yang terlampau sangat hampa
Tak ada waktu yang terlalu mengikat lama
Karena:
Semua sedekat, sesingkat, seikat
kening dan sajadah
Sesaat sebelum kita menengadah
Semoga Anda-lah yang akan
melancong, makan, dan menulis
bersama saya.
Hingga abadi menghiasi toples mimpi. :)
Langganan:
Postingan (Atom)