“Ada
jasa penulisan sinopsis gak sih, Mbak Ai?”
Demi apapun! Ini sudah
kali keempat saya revisi sinopsis novel sendiri. Sedikit putus asa memang,
sampai tercetus pertanyaan di atas. Bagaimana bisa saya menulis
berlembar-lembar halaman karangan sendiri saja bisa tetapi meringkasnya dalam
maksimal tiga halaman saja kocar-kacir. Ckckck...
Hari itu saya
seharian penuh mengekor sang mentor untuk menemaninya menyelesaikan beberapa
urusan. Kami menandaskan satu hari bersama dan bagian yang paling saya gemari
adalah pembantaian sinopsis yang lima jam saya tulis. Bayangkan saja untuk
menulis sinopsis 3 halaman saya membutuhkan lima jam, sedang untuk menulis
cerpen 8-12 halaman saya bisa menghabiskan tiga jam saja. Rupanya ini yang sering
mentor saya sebut penyakit novelis. Saat penulis sudah biasa menulis panjang,
pasti suatu waktu ia akan kesulitan untuk menulis karangan pendek.
Yang perlu dipahami, sinopsis di sini bukanlah cuplikan cerita yang ada di belakang cover buku. Sebab serinngkali kita salah menyebutnya sebagai sinopsis, padahal itu blurb. Blurb ditulis oleh pihak penerbitan dengan bahasa yang menarik dan menimbulkan penasaran calon pembacanya bertujuan untuk promosi. Sedangkan sinopsis adalah ringkasan cerita dari naskah novel atau karangan kita yang penulis buat ditujukan untuk mempromosikannya pada editor atau rumah produksi.
Alhasil malam ini bagaimana
pun, dengan sekuat tenaga saya menyingsingkan lengan untuk membenahi sinopsis
yang harus diselesaikan ini. Sebab sinopsislah yang menjadi salah satu faktor lolos
tidaknya naskah kita dalam seleksi editor penerbitan atau rumah produksi. Semakin
menarik sinopsis yang kita buat, semakin mudah kita menembus penerbitan. Sebaliknya
jika sinopsis dianggap kurang mampu memikat editor, maka sebaik apapun naskah
eksekusi kita tidak akan lolos penerbitan.
Setidaknya ada 7
komponen yang mentor wejangkan untuk mempermudah menyusun sinopsis yang sering
dikoarkan sebagai pemikat editor sebuah penerbitan:
“Pertama, Siapa tokoh utama cerita? Agar menarik, kita bisa menambahkan
sedikit karakter dari si tokoh utama. Mulai dari parasnya, cara ia berjalan
atau cara ia bersikap, sehingga saat kita membicarakan si tokoh utama, maka akan
terbangun karakter dari tokoh utama.
Sebagai contohnya, dalam fanfic
The Invention of Hugo Cabret – Brian Selznick.
Tokoh Hugo, anak kecil yang berusia 12 tahun, memiliki rambut ikal,
mata berbinar, suka mencuri makanan, dan sangat ahli dalam memperbaiki dan
merawat mesin-mesin terutama jam dinding di stasiun kereta api di kota Paris. (The
Invention of Hugo Cabret – Brian Selznick).
Kedua, Apa yang dihadapi oleh tokoh utama?
Atau apa keinginan, masalah yang dihadapi oleh tokoh utama? Terkadang masalah
atau keinginan yang dialami oleh si tokoh utama sangat sederhana saja, mungkin
bisa karena permasalahan percaya diri karena memiliki tubuh yang pendek (dalam
cerita remaja) atau masalah-masalah yang rumit lainnya. Sinopsis yang baik
harus mampu menghadirkan premis ini, dan mampu menjawab apa masalah yang
dihadapi si tokoh utama.
Sebagai contoh masalah
yang dihadapi oleh tokoh Humbert Humbert dalam Lolita, sebuah novel Vladimir
Nabokov berceritakan tentang Humbert seorang professor yang terobsesi pada gadis
remaja yang bernama Dolores Haze- sang Lolita, gadis remaja yang
mengingatkannya pada kekasih di masa ia remaja, yang bernama Annabelle.
Ketiga,
Siapa yang menghalangi si tokoh utama dalam menyelesaikan masalahnya
atau mencapai keinginannya? Dalam sebuah sinopsis juga harus menyelipkan
seorang tokoh antagonis yang berhadapan langsung dengan si tokoh utama. Tokoh
antagonis ini tak selalu harus menjadi musuh utama seperti dalam film action,
tapi seseorang yang menghalangi tujuan atau keinginan dari si tokoh utama pun
bisa dikatakan seorang tokoh antagonis. Tanpa adanya si tokoh antagonis ini
sinopsis akan terasa datar-datar saja.
Contohnya bisa
dilihat dalam Film The Vow, sebuah film besutan dari sutradara Michael Sucsy,
bagaimana peran orang tua Paige untuk memisahkan Paige yang sudah menikah
dengan Leo.
Keempat,
Bagaimana si tokoh utama mencapai keinginannya, atau menyelesaikan masalahnya.
Ini merupakan point penting dalam sebuah sinopsis, jika dipaparkan dengan cara
yang unik, bisa dipastikan akan menarik untuk dibaca.
Misal saja, tokoh
Humbert (Lolita, Vladimir Nabokov) agar bisa mendekati Lolita, maka ia menikah
dengan Ibu Lolita, begitu ibu dari gadis itu meninggal dunia, maka ia bisa
leluasa membawa Lolita jalan-jalan mengelilingi Amerika Serikat selayaknya
sepasang kekasih.
Kelima,
bagaimana perubahan dari si tokoh utama dalam menyelesaikan masalahnya? Bagian
ini bisa ditampilkan sedikit atau secara umum saja dalam sebuah sinopsis,
bagaimana proses jatuh bangun si tokoh utama, sehingga mampu menciptakan dramatisasi
yang sangat menarik dan membuat editor penasaran.
Keenam,
Apa pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita? Dalam hal ini bisa
disisipi dalam sebuah sinopsis, menurut saya sebuah cerita ada baiknya memiliki
misi dan pesan bagi pembacanya, begitu juga perlu menghadirkan pesan dalam
sebuah sinopsis, bukan harus pesan tertulis seperti dalam teks book, namun
pesan tersebut berbaur dalam alur cerita dalam sinopsis cerita.
Ketujuh,
Bagaimana gaya penulisan dan cara tutur penulis. Ini menjadi point terakhir,
akan berjalan seiring waktu ketika penulis sudah memulai menulis cerita dalam
sinopsisnya. (Aida MA).”
Saya kira beberapa
poin di atas dapat diterapkan dengan mudah jika kita membuat skema terlebih
dahulu. So, what are We waitin’ for? Yuk, segera susun sinopsismu
dan pikat editor impianmu.
Enjoy Writing!
16 November
2014
B.E.J