" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Senin, 06 Januari 2014

Meneropong Fenomena "Oplosan"


Opo ora eman duite (Apa tidak sayang uangnya)
Gawe tuku banyu setan (Buat beli air setan)
Opo ora mikir yen mendem (Apa tidak berpikir kalau mabuk)
Iku biso ngerusak pikiran (Itu bisa merusak pikiran)

            Masyarakat Indonesia menjadi lebih energik akhir-akhir ini lantaran banyak program tv yang menanyangkan dan mengajak masyarakat untuk bernyanyi dan bergoyang bersama. Sebut saja acara Yuk Keep Smile yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta berhasil menghebohkan masyarakat dengan berbagai macam goyang. Setelah sukses dengan goyang Buka Sitik Joss yang diprakarsai oleh artis bernama Caisar, kali ini tidak mau ketinggalan goyang Oplosan pun mendadak melejit karena dipopulerkan oleh pesinden dan penyanyi serba bisa, Soimah. 

            Goyang yang dilakukan dengan menghadap samping dan menggoyangkan pinggul naik-turun ini merupakan suatu gebrakan baru. Mengesampingkan apakah acara ini layak untuk ditonton oleh anak-anak atau hanya legal ditonton oleh sebagian orang, goyang Oplosan dilatari oleh lagu dan musik yang rancak sehingga siapa pun yang mendengarnya ikut terlena dan menikmatinya.

            Namun, tahukah anda bahwa lagu Oplosan ini dibuat bukan tanpa alasan? Lagu ini diciptakan oleh Nur Bayan, seorang  penulis lagu yang berasal dari Kediri-Jawa Timur. Bayan mengaku bangga karena lagu ciptaannya berhasil diterima masyarakat luas tepatnya setelah dipopulerkan oleh Soimah.

            Saya belum pernah bertemu langsung dengan lelaki kreatif itu, namun saat berkunjung ke rumah nenek yang kebetulan berada di kabupaten yang sama dengan Bayan kemarin, saya mendapatkan banyak kisah dari saudara-saudara mengenai fenomena oplosan yang banyak terjadi di sekitar sana (Kediri).
            Secara fakta, lagu ini dibuat karena banyaknya peristiwa yang terjadi di sekitar Bayan menyangkut oplosan. Menurut hasil pencarian di kamus Slang, oplosan atau cukrik  (jawa) adalah minuman keras yang dicampur rasa-rasa dan zat-zat lainnya, seperti spiritus, pewangi pakaian, cairan pembunuh serangga, dan-lain-lain.

Ojo diteruske mendeme (Jangan diteruskan mabuknya)
Mergo ora ono untunge (Karena tidak ada untungnya)
Yo cepet marenono mendemmu (Ya cepat sudahilah mabukmu)
Ben dowo umurmu (Biar panjang umurmu)

            Rupanya budaya mengoplos atau mencampurkan minuman keras dengan zat-zat berbahaya ini telah lama terjadi di masyarakat kita. Minuman oplosan ini dimaksudkan agar penikmat atau peminumnya segera mengalami efek nge-fly dalam waktu yang relatif cepat. Namun, ternyata efek yang ditimbulkan tidak berhenti pada penikmatnya yang segera tidak sadarkan diri dan menganggap semua hal di bumi ini terbang dan terasa ringan beban. Oplosan ini juga menyebabkan gagal fungsi organ dalam bagi penikmatnya. 

            "Orang sebelah timur sana, kemarin pas malam tahun baru meninggal empat gara-gara ngoplos", ujar tante saya ketika kami menikmati lagu Oplosan malam itu di salah satu program televisi.

            "Memangnya mereka ngoplos pakai apa, Te kok langsung mati?" tanya saya penasaran.

"Tante denger kemarin ada yang pakai soffel ada juga yang pakai bunga kecubung. Eh, iya kalau langsung mati wong ada yang buta ada juga yang lidahnya nggulung kayak kebakar gitu", saya bergidik mendengar cerita tante ini.

"Memangnya bunga-bungaan juga bisa bikin orang mabuk banget gitu ya, Te? Trus, sebenernya niat mereka itu apa kok ya nyampur-nyampurin begituan? Ckckck."

"Ya, ndak semua bunga bisa dibuat ngoplos, nduk! Tapi bunga kecubung itu memang beracun apalagi kalau dia direndam terus airnya dicampur sama minuman keras mereka yang memang dari sananya memang bikin orang mendem. Mereka itu pada dasarnya toh kurang mensyukuri nikmat gusti Allah, lha wong sudah dikasih hidup, dikasih uang, biar bisa hidup yang baik dan ibadah kok ya disio-sio", ibu muda  di hadapan saya ini menggeleng-gelengkan kepala.
                       
Oplosan, oplosan, oplosan

Coba sawangen kae kanca-kancamu (Coba lihatlah itu teman-temanmu)
Akeh sing podo gelempangan (Banyak yang pada bergelimpangan)
Ugo akeh sing kelesatan (Juga banyak yang kejang-kejang)
Ditumpakke ambulan (Dinaikkan ambulan)
               
Sembari menelaah apa yang dikatakan tante saya kemarin, siang ini saya dikagetkan dengan berita cukrik maut yakni bir yang dioplos dengan methanol berjenis spiritus. Peristiwa yang terjadi di Mojokerto, Jawa Timur ini memakan 16 orang korban tewas dalam kurun waktu 6 hari. Kebanyakan dari mereka melakukan pesta setan ini pada malam tahun baru. Dan baru melarikan diri ke rumah sakit setelah tiga hari, saat zat methanol telah menyebar ke tubuh mereka. 

Dokter dan sejumlah petugas rumah sakit mengatakan bahwa, untuk mengeluarkan zat yang ada dalam tubuh mereka haruslah melakukan cuci darah. Itupun, bisa dilakukan jika jarak waktu minum beberapa jam setelahnya. Dokter juga mengatakan bahwa jika korban tidak meninggal dunia, maka kemungkinan lain yang bisa terjadi pada korban adalah gagal fungsi organ jantung, paru-paru, otak, mengalami kebutaan, dan yang paling ringan adalah gangguan pencernaan seumur hidup! Astaughfirullah!   

Yo wis cukupno anggonmu mendem (Ya, sudah cukupkanlah perbuatan mabukmu)
Yo wis cukup anggonmu gendeng (Ya, sudah cukup perbuatan gilamu)
Yo mari-mario, yo leren-lereno  (Ya sudah-sudahlah, ya berhenti-berhentilah)
Ojo diterus-terusno (Jangan diterus-teruskan)

                Sebenarnya dalam ajaran agama Islam yang mulia semua telah diatur dengan indah. Mengapa seseorang tidak dibolehkan minum atau makan suatu hal yang memabukkan karena Allah SWT telah mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk untuk hajat hidup manusia. Firman agung yang tertera dalam kitab suci Alquran:

"Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)." TQS. Al-Maaidah 90-91. 

            Di sini, apakah yang dimaksud dengan khamar

            Idola saya, Rasulullah SAW. bersabda bahwa, "Semua yang memabukkan berarti arak (khamar), dan setiap arak adalah haram." (HR. Muslim)
            Dan Umar pun mengumumkan pula dari atas mimbar Nabi, "Bahwa yang dinamakan arak (khamar) ialah apa-apa yang dapat menutupi pikiran." (HR. Bukhari dan Muslim)

            Saya tidak mau menghakimi, bagaimana kuantitas dan kualitas ibadah para penikmat oplosan tersebut. Karena toh, yang tahu kadar keimanan seseorang hanya ia dan Tuhan. Bukankah begitu? Namun, ada baiknya jika hendak mencoba banyu setan ini kita melihat surat cinta Allah yang berbunyi:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid)…" TQS. An-Nisaa: 43. 
                Dan sungguh, sebelum menikmati hukuman di akhirat nanti. Penikmat oplosan ini sudah ditimpa dosa terlebih dahulu setelah menikmati rasa oplosan yang mereka teguk. Meskipun, hal dosa dan hukuman bukan ranah kekuasaan saya namun, Tuhan telah menjelaskan dalam pedoman suci umatnya.

"Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya"…" TQS. Al-Baqarah 219.

Tutupen botolmu, tutupen oplosanmu! (Tutuplah botolmu, tutuplah oplosanmu!)
Emanen nyawamu (Sayangilah nyawamu)
Ojo mbok terus-teruske (Jangan kau terus-teruskan)
Mergane, ora ono gunane (Karena tidak ada gunanya)
           
            Wah, ternyata ada baiknya meneropong sesuatu dari titik lihat yang berbeda. Lagu dangdut koplo yang tengah beredar luas di masyarakat ini hendaknya bukan cuma dinikmati dan dipraktekkan goyangannya. Namun, dinikmati dan dipraktekkan kandungan isi liriknya agar kita sebagai seniman tetap bisa menghargai seni hidup dan seni syukur atas karunia Tuhan. Jika memang bukan kita yang berpotensi melakukan perbuatan ini, maka menjadi tugas kitalah menjaga keluarga kita dan orang-orang sekitar kita dari minuman setan ini. Salam goyang oplosan! Hahaha :)

Sidoarjo, 6 Januari 2014
B.E.J, 16:03

Sumber:
Alquran
Hadits Bukhari-Muslim
m.wowkeren.com 

1 komentar: