" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Rabu, 21 September 2011

Sebuah Dedikasi Untuk Tugas Bahasa Indonesia

Tepatnya, beberapa bulan yang lalu. Saat temanku, sebut saja 'Annisa' lagi kebingungan mencari inspirasi untuk tugas akhir bahasa indonesianya.Gilanya! Deadline waktu buat ngumpulin tugas B.Indo itu kurang dua hari! Dan, penderitaan itu berawal saat aku mengiyakan untuk mengerjakan tugas cerpen bebasnya itu. 'Ayolah Bel! Tugasku yang lain masih banyak! Kamu kan enak udah libur! Lagipula, ini kan juga bisa jadi wadah buat khayalan liarmu!' Rayu si Annisa. 'Ok lah!' Aku mengiyakan pasrah. Dengan gaya sok penulis best seller aku mulai melipat lengan baju dan mulai berperang dengan huruf-huruf di keyboard laptop. Walhasil, cerpen bebas buah karya khayalan liarku memakan waktu kurang lebih setengah hari. Mulai abis shubuh sampe sebelun adzan maghrib.Nah, ini dia hasil dari cerpen bebas itu.

Bintang  Kejora

 

~Bintang kejora~
Ku pandang langit penuh bintang bertaburan
Berkelap-kelip seumpama intan berlian
Tampak sebuah lebih terang cahayanya
Itulah bintangku bintang kejora yang indah selalu


Sarra
Sederhana,aku cuma pengen kehidupan SMA ku berjalan normal. Aku nggak pernah tuh mikir buat punya pacar anak populer. Terserah apa kata orang lah,munafik atau apapun aku pikir mereka hanya iri denganku. Yang jelas aku orangnya serius,selalu bergelut dengan soal-soal matematika dan IPA. Memang,dunia yang kutekuni sebagian besar adalah olimpiade dan perlombaan MIPA lainnya. Aku sendiri bingung,anak yang jarang bergaul dengan dunia luar selain soal-soal MIPA bisa menjadi pacar seorang ketua OSIS populer yang interaksi sosialnya,bagus banget. 
Hari itu,hari rabu. Sudah menjadi rutinitas,sepulang sekolah aku pendalaman materi olimp (PM). Dan biasanya aku pulang agak akhir. Bintang masih sibuk dengan laptopnya di ruang OSIS. Aku bisa melihat hanya dengan melirik,maklum jalan pulang memang harus lewat ruang OSIS. Tiba-tiba dia memanggilku. Aku pikir hanya perasaan anehku saja. “Nggak mungkin Sara! Mana mungkin dia kenal kamu?” Bisikku dalam hati saat mendengar namaku diteriakan dari ruang OSIS. “Sarra!” Saat itu aku baru sadar. “Hmm?” Aku masih bingung. “Mau pulang?” Benar-benar Bintang yang menyapaku. “Iya” Kataku singkat. “Bareng deh,nggak papa kan?” “He’em”. Hari itu adalah hari pertama dan hari pembukaan untuk hari-hari selanjutnya,aku pulang dengan Bintang. Dari kebiasaan itulah,kita jadi dekat. Sebenarnya,dia sih yang banyak bercerita. Jujur,aku memang orangnya agak tertutup.

Bintang  
Ini tahun kedua gue menjabat sebagai ketua OSIS. Tahun pertama gue menjabat saat SMP. Ternyata, di SMA ini gue diberi kesempatan buat jadi ketua OSIS lagi. Nggak ada yang istimewa dari semua kepopuleran ini. Sebenarnya, gue udah bosen sama kehidupan yang gini-gini aja. Sampai suatu hari,gue liat seorang cewek yang jarang eksis. Tiap hari gue amati, kerjaannya cuma serius ngerjain sola-soal latihan MIPA. Siapa sih yang nggak bisa tahu pendalaman materi olimp yang tiap hari diadain sepulang sekolah. Gue juga jarang liat dia ngeksis di kegiatan sekolah. Yang gue tahu,setiap apel senin sering kali dia maju ke depan sebagai pemenang olimpiade dan lomba MIPA lainnya.Tiap hari gue amati sampai gue tahu namanya adalah Sarra Shania. Seorang siswi kelas 11 IPA2.Pengamatan gue makin hari makin serius. Ya memang kegiatan OSIS padat banget. Yang tiap hari harus rapat koordinasilah,yang ngerancang buat kegiatan sekolah selanjutnya. “Sekalian nunggu dia pulang.” Batin gue. Tapi,rapat OSIS yang benar-benar rumit sering kali membuat gue keduluan dia pulang.
OSIS memang sengaja meniadakan rapat koordinasi di hari rabu,hitung-hitung istirahat. DPR aja ada masa istirahatnya buat rapat. Masa’ kita nggak? Hari rabu itu,sengaja gue nunggu Sarra lewat depan kantor OSIS. Sambil ngutak-atik susunan kepanitiaan buat acara tahunan sekolah. Awalnya,gue ragu buat manggil dia. Tapi,setelah gue pikir ulang kapan lagi coba ada kesempatan buat kenalan sama dia?. “Sarra!” Sapa gue ragu-ragu dari dalam ruang OSIS. Aish~ ternyata dia nggak dengar atau memang sengaja nggak mau dengar. Gue semakin penasaran, akhirnya gue panggil dia sekali lagi. “Sarra…!” Seketika dia menghentikan langkahnya. “Hmm” Sarra hanya bergeming. Ok lah,ini udah awal yang bagus Bin. Batin gue menguatkan. Sarra..,Sarra..,Loe misterius banget ya. Gue jadi semakin penasaran.Sejak saat itu gue selalu pulang bareng Sarra. Kadang kalau gue masih sibuk sama urusan OSIS, gue sms dia ‘mau pulang duluan atau mau nungguin?’. Dan biasanya dia cuma bales,’Liat nanti aja deh.’ Ngelihat balesan smsnya yang nggak meyakinkan gitu, gue udah yakin kalau dia bakalan pulang duluan. Tapi Sarra selalu bikin gue senang, dia selalu nunggu gue di gazebo dekat pintu gerbang. Begitu hari-hari gue selanjutnya, selalu diisi dengan rasa penasaran terhadap sosok cewek misterius itu. Dan rasa penasaran itu berlanjut sampai gue jadian sama Sarra.

Sarra
Nggak ada yang istimewa dari hubungan ‘jadian’ ku sama Bintang. Kita menjalani aktifitas masing-masing. Dia tetap eksis dengan OSIS nya, sedang aku tetap menggeluti olimpiade. Bintang sering banget ngajak aku jalan. Ya mau gimana lagi? Pada dasarnya, aku nggak suka keramaian nggak kayak kebanyakan teman-teman cewekku yang lebih suka have fun rame-rame atau shopping ke mall. Aku lebih suka tempat yang damai dan tenang. Akhirnya, setiap kita jalan  Bintang selalu ngajak aku ke tempat yang benar-benar bikin aku damai. Taman kota adalah tempat favoritnya. Disana dia selalu cerita soal semua yang udah dia lewati. Mulai dari dia nggak sabar nunggu hasil tes pertukaran pelajarnya sampai dia jengkel sama anak buah OSIS nya yang selalu nggak tepat waktu. Saat itu, aku benar-benar bisa merasakan kehangatan dari semua tawanya.
Bintang juga nggak jarang ngajak aku buat ngumpul bareng sama teman-temannya. Meskipun udah banyak alasan buat nolak ajakannya yang satu ini.Tapi sesekali, dia benar-benar maksa sampai rela nunggu di depan rumah selama 3 jam. Siapa coba yang tega?. Aku juga benar-benar merasakan kenyamanan saat dia bercanda dengan teman-temannya. Memang aku agak menutup diri dari dunia luar, sejak kepergian Mama untuk selamanya 10 tahun yang lalu. Sejak saat itu, Papa jadi sering pergi ke luar kota bahkan ke luar negeri untuk mengurus bisnisnya tapi sebenarnya aku tahu, itu hanya alasan papa untuk mengurangi kesedihannya akan kehilangan mama. Mama pergi secara tiba-tiba karena serangan jantung, saat aku berumur 6 tahun. Benar-benar masa yang tak bisa terlupakan. Dan sejak saat itu pula, aku benar-benar kesepian dan mulai menyibukkan diri dengan berbagai macam soal latihan MIPA untuk sejenak melupakan kesepian ini. Akan tetapi kehadiran Bintang Kejora Syahputra membuatku merasa seperti lebih hidup dengan berbagai macam warna yang ia hadirkan.

Bintang
Gue rasa Sarra memang kesepian. Meskipun pada dasarnya dia memang tertutup. Apa harus selamanya menutup diri dari dunia luar?. Gue tahu dia memang punya dunianya sendiri. Selalu bergelut serius dengan soal-soal dan jarang berinteraksi sosial. Bukan begitu sayang, gue nggak mau loe menghabiskan hari dengan warna yang sama. Jadi,sorry banget ya kalau gue sering maksa loe jalan keluar untuk sekedar merasakan atmosfer yang berbeda.
Dari senyum tipisnya, gue bisa lihat dia benar-benar membutuhkan cahaya untuk terus bertahan hidup. Gue jadi tahu kesepian yang dia rasakan sejak nyokapnya pergi untuk selamanya.  Dari sinar matanya, gue bisa merasakan kesedihan yang mendalam yang selama ini ia lewati sendiri. Sejak saat dia cerita tentang semuanya di taman kota itu, gue benar-benar berikrar akan membahagiakan Sarra! Gue akan benar-benar jadi Bintang yang akan selalu menerangi malamnya! 

Sarra
“Ada yang salah,Sarr?” Bintang keluar dari ruang OSIS dan seketika menghentikan langkah Sarra.
“Nggak!”
“Terus,kamu kenapa?”
“Nggak papa! Udah lanjutin sana rapatnya! Aku mau PM dulu.”
“Bener nggak papa?”
“He em.”
“Ntar kamu pulang dulu deh. Soalnya, bakalan lama kayaknya rapat kali ini.”
“Hmm.” Sarra melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Sepanjang pendalaman materi Sarra tidak konsentrasi. Dia masih teringat kejadian saat ishoma tadi siang. ‘Sepicik apa cewek yang nggak bisa melihat pacarnya dipeluk sama cewek lain? Mesra banget pula!’ Sarra berusaha mengusir reka ulang adegan di depan UKS saat  seorang bule cantik dan seksi berseragam sekolah mereka tiba-tiba memeluk Bintang saat ia hendak berjalan ke kantin bersama Faza. Nggak mungkin dia menyakan hal yang bersifat privasi  itu kepada Bintang. Bintang bakal menduga bahwa Sarra mulai berani lancang mencampuri urusan pribadinya. Lagi pula Sarra bukanlah tipe cewek protektif seperti cewek-cewek lainnya. Tetapi, naluri kecemburuan pasti ada dalam diri setiap wanita.’Sarra! Itu nggak seperti yang kamu bayangkan!’ Sarra berusaha meyakinkan diri sendiri.
“Sarra!” Bu Marni pembina PM yang sedari tadi memperhatikan keanehan Sarra akhirnya menegur.
“E..,eh iya Bu?” Seketika Sarra mendongakkan kepala.
“Kamu sakit? Dari tadi kok nunduk ke meja terus.”
“Hmm, maaf bu. Saya agak nggak enak badan.” 
“Mau pulang duluan? Nggak papa Sarra!” Bu Marni menawari.
“Maaf Bu. Tapi,kali ini saya benar-benar pusing.”
“Ya sudah, kamu pulang duluan sana! Apa mau ibu antar?”
“Nggak usah, Bu, Terimakasih.”
“Biar saya saja bu yang nganter Sarra.” Seru Rafli tiba-tiba.
“Nggak usah Raf. Aku bisa pulang sendiri!” Sarra buru-buru menolak.
“Muka loe pucet banget, Sarr! Ntar kalau loe pingsan di tengah jalan gimana?”
“Iya Sarr, betul itu kata Rafli!” Bu Marni berargumen sama dengan Rafli.
“Udah Raf, cepetan anterin Sarra pulang gieh! Keburu pingsan tu anak orang!” Celetuk Faza.
“Ya udah deh, Bu! Saya ijin sebentar ya habis nganter Sarra saya balik lagi kok, Bu!” Rafli buru-buru pamit bu Marni.
Tanpa mereka sadari, sepasang mata mengamati langkah dua sosok yang berjalan melewati ruang OSIS tersebut.

Bintang
Hari ini aneh banget. Sarra kayaknya enggan banget kalau ngelihat muka gue. Seperti biasanya, gue bisa lihat hal sekecil apapun dari sinar matanya. Gue nggak tahu apa alasannya yang jelas Sarra nggak kayak biasanya. Pulang sekolah pun dia nggak nungguin gue. Meskipun udah biasa, gue sindir dia pake “Kamu pulang dulu deh. Kayaknya rapat ini masih lama!” Tapi dia selalu nunggu gue di gazebo. Tapi hari ini nggak. Dia benar-benar nurutin sindiran gue buat pulang duluan. Yang paling bikin gue sedikit nggak terima, Sarra pulang dianter cowok! ‘Apa mungkin Sarra selingkuh? Nggak mungkin, Sarra bukan tipe cewek kayak gitu!’ Bintang buru-buru menghapus pikiran jeleknya tentang Sarra.
‘Sarr, angkat telpon gue dong! Atau paling nggak bales sms gue!’ Bintang mondar-mandir di dalam kamarnya sambil meremas handphonenya.
Berbagai kemungkinan muncul di pikiran Bintang. Yang akhirnya membuat Bintang menyerah untuk malam ini.
‘Ok, kalau loe nggak mau ngontact gue malem ini. Gue tunggu loe besok pagi-pagi disekolah!’ Desis Bintang menguatkan diri sendiri.

Sarra
Sarra benar-benar demam. Tidak tahu pasti apa sebabnya. Yang jelas kejadian pelukan mesra tiba-tiba seorang cewek kepada Bintang menjadi salah satu faktornya. Akibatnya, Sarra tidak masuk sekolah. Sebenarnya, saat terjaga dari tidurnya jam setengah dua pagi tadi. Ia telah melihat 17 pesan masuk dan 9 panggilan tak terjawab dari Bintang. Namun, ia rasa untuk sementara ini tak perlu mengontact Bintang. Ia ingin menjernihkan pikiran tentang Bintang.
Sekitar pukul setengah tujuh malam, bel rumah Sarra berbunyi.
“Sarra nya ada,Bik?” Tanya sosok itu pada pembantu Sarra.
“Ouh Den, yang nganter Non Sarra kemarin kan?. Ada Den di kamar. Tadi pagi demam Non Sarra tinggi banget, Den.” Jelas Bik Minah
“Nganter Sarra? Sarra sakit, Bik?” Tanya Bintang bingung.
“Lho, iya kan Den yang nganter Non Sarra kemarin kan? Atau bibik salah orang ya?.” Bik Minah coba mengingat-ingat.
“Iya mungkin Bik. Bisa saya ketemu Sarra, Bik?” Pernyataan Bik Minah semakin membulatkan tekad Bintang untuk bertemu Sarra.
“Sebentar Den, saya tanyakan Non Sarra dulu!” Bik Minah melangkah masuk.
Bintang menunggu Sarra di ruang tamu dengan cemas. Berharap Sarra akan menemuinya. Sekitar sepuluh menit kemudian, Bik Minah keluar.
“Maaf,Den! Non Sarra nggak mau diganggu dulu sama siapa pun katanya. Masih pusing katanya kalu dibuat bangun dari tempat tidur.”
“Tolong lah Bik, sekali ini aja! Atau nggak saya aja yang ke kamarnya!”
“Ya jangan tho Den! Masa’ mau masuk ke kamarnya perempuan? Bisa digebukin sama Mang Ujang, Den ntar!” Bik Minah memperingatkan.
Bintang benar-benar merasa ada yang tidak beres dengan Sarra. Sekali lagi, akhirnya ia pun menyerah pulang untuk malam ini. Sangat berharap, esok ia mendapat kejelasan dari hal yang telah membingungkannya ini.
‘Bintang, maaf banget ya! Tapi, hari ini aku bener-bener pengen mengistirahatkan badan dan pikiranku.’ Tatap Sarra dari jendela kamarnya mengiringi kepergian Bintang.

Bintang
‘Sarr…! Loe kenapa sih? Gue bener-bener cemas.’ Batin Bintang sambil menatap langit malam yang mendung tanpa adanya hiasan langit apapun. Sepeninggalnya dari rumah Sarra, Bintang memang tidak langsung kembali pulang dia sengaja mencoba meluruskan semua kalutnya di taman kota. ‘Padahal hari ini gue mau kasih tahu loe, Sarr. Kalau gue lolos seleksi pertukaran pelajar ke Amrik itu. Gue tahu loe pasti seneng banget kalau tau ini!’ Desis Bintang. Malam itu, taman kota menjadi saksi bisu akan sesosok anak manusia yang berusaha menenangkan semua gejolak dalam dada.

Sarra
“Sarr, loe tahu nggak? Cowok loe lolos seleksi AFS lho.” Celetuk Rafli saat menghampiri meja Sarra.
“Iya?” Selidik Sarra.
“Iya! Dia belum cerita ke loe?” Rafli meyakinkan.
“He hem.” Sarra menggelengkan kepala.
“Ya maklumi lah, dia kan ketua OSIS. Jadi, sibuknya nggak ketulungan.” Hibur Rafli.
“Yoi.”
“Sarr..! Raf..! Kantin yuk!” Ajak Faza.
“Ayok deh, boleh! Mumpung gue haus banget nih.” Rafli mengiyakan.
“Loe ikut nggak, Sarr?” Faza menawari sekali lagi
“Hmm.”
“Udah ahh, kebanyakan mikir ni anak! Ikut dah!” Seret Rafli.
Seperti suasana kantin di semua sekolah. Saat istirahat ini pun, kantin sekolah mereka juga sangat padat akan semua murid yang kelaparan atau hanya sekedar ingin membeli camilan. Di sudut kantin, terlihat Bintang beserta dua temannya Choki dan Anggar. Eiitss, tapi ada satu pemandangan tak lazim disitu. Yakni, seorang cewek bule yang beberapa hari lalu menjadi salah satu faktor penyebab kejanggalan komunikasinya dengan Bintang.
“Siapa tuh bule seksi? Kayaknya akrab banget sama Bintang, Sarr?” Selidik Faza.
“He hem.” Sarra kembali teringat kejadian dua hari yang lalu.
“Ouh, itu. Dia bule dari Amrik yang jadi pelajar pertukarannya Bintang. Nggak usah heran gitu deh, maklumi aja kalo mereka akrab. Orang, mereka memang berpartner!” Jelas Rafli saat membaca keheranan di wajah kedua temannya.

Bintang
‘Taman kota, seusai kegiatanmu.’ Getar handphone Bintang sengaja dibiarkan saat satu pesan itu masuk. Ia pikir, mungkin dari anggota OSIS lainnya yang tidak bisa datang untuk membahas tema tentang acara tahunan sekolah.
Hari ini PM ditiadakan, karena Bu Marni tidak masuk. Sarra sengaja menunggu Bintang di taman kota sore ini untuk menjernihkan komunikasi diantara mereka. Satu hal yang memang Sarra mengerti benar,  resiko punya pacar orang sibuk. Maka, ia pun harus menunggu tak tahu seberapa lamanya.
Sekitar satu setengah jam kemudian, saat Bintang tengah penat mengatur seluruh persiapan yang harus ia limpahkan kepada Novan wakil OSIS nya saat harus ia tinggal ke Amerika nanti. Bintang melihat handphonenya. Seperti yang sudah ia perkirakan banyak pesan masuk dari anggota OSIS yang tak bisa hadir dalam rapat membahas tema acara tahunan ini. Tapi, ada satu nama yang benar-benar ia rindukan kehadirannya. Sarra. Setelah sadar bahwa pesan itu sudah masuk sejak satu setengah jam yang lalu. Ia pun buru-buru menuju taman kota, tak ingin kekasihnya menunggu lebih lama kedatangannya.

Sarra
“Nunggu lama?” Suara Bintang memecah keheningan Sarra.
“Hmm.., Nggak juga. Udah selesai rapatnya?” Sarra seperti tersadar dari mimpinya.
“Nggak tahu. Langsung aku tinggal kesini habis liat sms dari kamu.”
“Kok gitu?”
“Santai. Lagian hari ini rapatnya nggak seberapa serius. Yang datang cuma sedikit. Udah capek kali ya anak-anak, kebanyakan rapat? ”
“Hehehe, iya kali.” Sarra tertawa renyah.
“Maaf.” Sarra membuka percakapan serius.
For?” Jawab Bintang enteng.
“Menghindar dari kamu beberapa hari ini.”
“Hmmm.” Bintang mengangguk-angguk.
“Serius ni!” Sarra memukul lengan Bintang.
“Iya.., iya! Siapa yang bilang mainan?” Bintang menggoda.
“Kamu juga sih! Ngapain mau-maunya dipeluk sama bule genit itu!” Raut muka Sarra berubah.
“Oh, kamu jealous sama Helen?”
“Helen?”
“Iya namanya Helen. Dia pelajar Amrik yang tukeran sama aku. Oh ya, aku belum cerita soal aku mau pergi dua minggu lagi ya? Kamu sih pake acara sakit segala!” Bintang menggoda kembali Sarra nya.
“Dua minggu lagi?” Sarra nampak terkejut.
“He em. So, harusnya aku udah berangkat seminggu yang lalu. Tapi berhubung pemberitahuannya ada gangguan. Jadi baru dua hari yang lalu, aku tahu kalau aku lolos seleksi. Memang udah waktunya, Helen datang. Nggak usah cemburu gitu dong, sayang!”
“Apaan sih Bintang ini? Siapa juga yang cemburu?” Sarra berusaha menutupi rasa malunya.
“Sekarang kamu yang buat pengakuan dosa! Siapa yang nganter kamu pulang dua hari yang lalu?” Bintang mendesak.
“Hhehee.., Sekarang siapa yang jealous?” Sarra membalas Bintang.
“Siapa juga yang jealous? Kapan hari waktu ke rumahmu Bik Minah salah orang. Dikira aku yang nganterin kamu! Wekk..!” Bintang mengejek Sarra.
“Ouh gitu ya?” Sarra sedikit kecewa.
“Jadi, siapa?”
“Rafli!” Jawab Sarra.
“Oh Rafli! Anak basket yang juga sering ikut PM itu?” Selidik Bintang.
“He em.”
“Nggak papa. Dia baik kok, orangnya.”
“Maksudmu?” Sarra bingung mendengar penilaian Bintang.
“Ya nggak papa aja! Udah ahh, ayo makan es krim. Aku yang traktir!”
Sore itu semua telah terurai kesamaran komunikasi antar dua orang kekasih.

Bintang
‘Akhirnya semua terurai jelas. Hmm, bakalan rindu berat nih ninggalin Sarra!’ Batin Bintang mengingat kejadian di taman kota tadi sore.
Malam itu Bintang mulai mempersiapkan segala sesuatu yang akan ia bawa ke Amerika.

Sarra
‘Semua berjalan normal. Waktu juga terlalu kejam. Setiap detik ia selalu menyita segalanya. Nggak terasa ya dua hari lagi kamu pergi?’ Lamunan Sarra menatap bintang di langit dari balkon rumahnya buyar saat handphone di sakunya bergetar.
‘Pulang PM, tunggu aku di depan ruang OSIS!’ Satu pesan singkat dari Bintang.
‘Ngapain? Di gazebo biasa aja!’ Sarra mengirim balik balasan pesan tersebut.
Please.’ Hanya satu kata itu yang mampu membuat Sarra mengerti akan pentingnya arti ia menunggu di depan ruang OSIS besok.
‘Ok!’

Bintang
“Ayo masuk!” Ajak Bintang menuju ruang OSIS.
“Nggak usah! Ngapain sih?” Sarra buru-buru menolak jakan Bintang.
“Ayo!” Bintang menarik pelan tangan Sarra.
Di dalam ruang OSIS para anggota OSIS masih berkumpul untuk rapat penyerahan wewenang berkaitan dengan keberangkatan Bintang besok.
“Ehm.., Baiklah saudara-saudari!” Bintang meminta perhatian kepada para anggotanya. Seketika semua tatapan tertuju padanya.
“Besok saya akan berangkat ke negeri paman Sam. Untuk itu,saya serahkan seluruh wewenang kepada saudara Novan selaku wakil saya. Mengenai lainnya, nanti terserah kebijakan pak Marzuki selaku Pembina OSIS. Ada pertanyaan?”
“Tidaaak..!” Sontak seluruh anggota rapat menyuarakannya senada.
“Oh ya, ada satu lagi!” Bintang berlagak baru ingat.
“Bisa saya minta tolong kepada semua yang hadir disini?” Pertanyaan Bintang menciptakan satu tanda besar di benak semua orang yang hadir dalam rapat itu.
“Saya pergi meninggalkan dan menitipkan satu bidadari cantik. Yakni seorang gadis disamping saya Sarra Shania. Saya harap anda sekalian tidak keberatan untuk menjaganya dari musuh-musuh potensial yang dapat membuat bidadri saya ini menangis. Bisa saya minta tolong akan hal ini?” Nada formal pada perkataan Bintang membuat semua yang hadir tercengang.
“Siap laksanakan perintah komandan…!” Celetuk salah seorang anggota disusul dengan kesanggupan anggota yang lain. Dan diakhiri dengan gelak tawa seruangan.
Setelah rapat tersebut berakhir. Bintang mengajak Sarra ke suatu tempat. Bukan,taman kota seperti biasanya.
“Nah, kita sudah sampai.”
“Tempat apa ini?”
“Pantai Bintang Kejora.”
“Ah gaya kamu! Kayak di Dealova aja!”
“Ya beda lah! Kalau di Dealova itu kan Bukit Bintangnya Dira. Ini Pantai Bintang Kejora. Lautku. Saat masih kecil,dulu Ayah dan Bunda sering mengajakku main kesini. Dan biasanya, kami mendirikan tenda dipinggir situ untuk menunggu munculnya bintang-bintang di langit. Sejak saat itu,bunda menamai pantai ini dengan namaku.” Jelas Bintang sambil menunjukkan letak posisi kejadian semua kenangan masa kecilnya di Pantai.
“Ouh.” Sarra hanya dapat mengangguk mendengar semua kisah Bintang.
“Sarr, sebelum aku pergi besok. Aku boleh minta sesuatu?”
“Apa lagi? Belum puas bikin aku malu saat rapat tadi?” Sarra mengancam.
Please.” Kali ini Bintang benar-benar serius.
“Hmm.”
“Nyanyiin aku Bintang Kejora!” Pinta Bintang.
“Nggak ahh! Ntar kamu ke ge er an.” Goda Sarra.
“Ayolah!” Bintang mengiba.
“Aku nggak bisa nyanyi!” Gertak Sarra.
“Ya udah,aku tinggal kamu disini sendirian lho!” Ancam Bintang.
“Tinggal aja! Nggak peduli!” Sarra tak kalah mengancam.
“Emang kamu tahu jalan pulang?”
“Kan bisa minta tolong ke penduduk sekitar.” Sarra mengejek.
“Mana ada yang mau nolong kamu? Disini itu penduduknya terkenal nggak ramah lho!”
“Iya?” Sarra mulai percaya.
“Iya lah! Apalagi ada kabar kalau penduduk sini sukanya nyiksa anak cewek yang nyasar sampai sini sampai mati malahan!” Bintang semakin menjadi-jadi menakuti Sarra.
“Hmm, Iya deh mending aku nyanyi aja!” Akhirnya Sarra menyerah.
“Nah, anak baik!” Bintang mengacak-acak lembut rambut Sarra.
“Tapi, kamu pejemin mata!”
“Kok pejemin mata?” Bintang tak terima.
“Soalnya aku malu!” Sarra jujur.
“Nggak mau!” Tolak Bintang.
“Ya udah, aku nggak mau nyanyi!”
“Gimana sih,padahal aku kan pengen liat kamu nyanyi! Masa’ aku yang disuruh pejemin mata? Ayolah Sarr, terakhir kali…!”
“Ssstt! Iya deh, kalau gitu aku yang pejem aja! Yang penting kan kamu bisa liat aku nyanyi. Nggak masalah gimana style nyanyi ku!”
“Ok, itu ide bagus! Ayo mulai…! Satu..,Dua..,Tiga…!”
Ku pandang langit penuh bintang bertaburan
Berkelap-kelip seumpama intan berlian
Tampak sebuah lebih terang cahayanya…” Sarra menghentikkan sejenak nyanyiannya.
“Itulah bintangku bintang kejora yang indah selalu.” Seketika satu kecupan lembut mendarat di dahi Sarra.
Sarra terlalu kaget menerima kecupan lembut tersebut, sehingga belum mampu bereaksi.
“Udah boleh dibuka sekarang matanya!” Ucap Bintang.
“Ini buat Bidadariku!” Mengacungkan sebuah kalung dengan bandul bintang jatuh tepat didepan mata Sarra.
“Bagus banget! Makasih.” Ucap Sarra dengan keterkejutan yang belum pulih akibat satu kecupan di dahinya.
“Eiitss…,Jangan seneng dulu! Masih ada permintaan lainnya…!” Bintang menyadarkan Sarra setelah membaca reaksi Sarra.
“Apa? Masih ada?” Sarra sedikit berteriak tanda ia telah pulih dari keterkejutannya.
“Nggak berat kok! Kamu cuma perlu dengerin dan laksanain! Ok?” Bintang menawarkan.
“Dari tadi mah permintaanmu kayak gitu,Bin!” Sarra mulai sebal.
“Pertama,kamu nggak boleh sering nangis ya! Itu bisa buat aku sedih juga tanpa bisa ngelakuin apapun buat kamu. Kedua,kamu jangan sering inget aku ya! Itu bisa menghambat konsentrasimu buat olimp. Ketiga,kalau kamu kangen aku cukup liat bintang dilangit. Cari yang paling terang,itu aku! Dan yang terakhir,Rafli adalah orang yang baik. Dia cukup bisa ngertiin kamu.” Bintang menuturkan dengan serius dan Sarra masih berusah mencerna untaian kalimat yang barusan diucapkan Bintang.
“Janji?” Lagi-lagi Bintang menyadarkan Sarra.
“Janji!” Sambil mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Bintang.
“Ayo pulang! Udah malem nih. Besok aku harus take off jam delapan.” Menggenggam tangan Sarra
“Bentar. Aku mau titip salam buat Mama lewat bintang. Tunggu bentar lagi,sampai aku nemu yang paling terang.”  Sarra menahan tangan Bintang sambil memandang langit. Sejenak mereka mengamati langit yang penuh dengan tebaran bintang.
“Itu dia!” Seru Sarra.
“Bintang yang baik dan paling terang tolong sampaikan salamku ke Mama ya. Dear Mama, Aku sudah menemukan pangeran baik seperti yang pernah mama dongengkan kepadaku sebelum tidur. Dia bernama Bintang Kejora Syahputra. Pangeran Bintang selalu membuatku tersenyum. Dia juga telah membawa berbagai warna baru dalam hidupku, Ma. Disamping itu, dia juga telah membuka tirai kesepian yang Mama tinggalkan saat Mama pergi untuk menghadapNya sehingga aku dapat melihat ternyata betapa indahnya dunia bila kita lebih terbuka kepadanya. Mama baik-baik ya disana. Mama nggak perlu sedih lagi,disini Sarra sudah bisa menerima apa yang telah Dia tetapkan. Oh ya, Ma! Besok Pangeran Bintang mau pergi jauh lho. Mama jagain dia ya. Muah.., Sarra sayang Mama! Makasih bintang udah mau nyampaikan salamku ke Mama.”  Bintang hanya tersenyum mendengar penuturan kekasihnya tersebut. Setelah puas menuturkan salam untuk sang Mama, Sarra dan Bintang pun segera pulang.  

Sarra
“Pegang semua janji yang semalem ya?” Bintang mengajak-acak poni Sarra.
“Pasti.” Senyum Sarra mengembang.
“Bro,nitip jagain bidadari cantik gue!” Bintang beralih ke Rafli.
“Hmm?” Rafli bingung.
“Tinggal jawab iya aja susah!” Desak Bintang.
“Siap laksanakan perintah anda jederal…!” Jawaban sekaligus sikap hormat Rafli yang seolah-olah seperti prajurit TNI spontan membuat mereka tertawa.
“Za,jangan lupa surat gue buat Sarra and Rafli ya!” Bisik Bintang ke Faza.
“Ok boss!”
Thanks!
“Semuanya,gue pergi ya. Harus check in dulu!” Bintang melangkah menuju boarding pass.
Tiga pasang mata menatap kepergian sesosok anak adam,yang tak disangka. Untuk selamanya.



Jakarta Pos,24 April 2011
American Airlines Penerbangan 578
Merupakan sebuah penerbangan yang menerbangi
Rute Jakarta menuju New York City.
Pesawat ini mengalami kecelakaan fatal sehingga
Menewaskan seluruh penumpangnya
Yang berjumlah 251 dan 9 awak.
Dilaporkan sebanyak 7 Warga Negara Indonesia
Berada di dalam pesawat tersebut.

Saat akan mendarat,pesawat mengalami
Kecelakaan di kompleks perumahan
Di Belle Harbor,New York City.
Kecelakaan pesawat ini,merupakan
Kecelakaan pesawat terbesar kedua di Amerika Serikat.







Bintang Kejora

Jakarta,23 April 2011
(22:29)

To: Andrea Rafli
Hallo Bro..!
Kaget ya? Tiba-tiba gue kirimi loe surat kayak gini. Padahal,kita kan belum kenalan secara resmi. Ya,mungkin saling tahu satu sama lain.Ok,to the point aja ya Raf!
Loe tahu sendiri kan gue mau pergi. Dan itu jaraknya nggak sedeket Jakarta-Bekasi. Dan itu waktunya nggak sebentar.Gue cuma mau minta tolong satu hal. Tolong banget loe jagain Sarra! Jangan sampe ada orang yang bikin dia nangis apalagi sampe lo,gue bakal buat perhitungan nanti! Hehehe..,santai Bro! Gue tahu loe orangnya baik dari awal gue nggak khawatir kalo Sarra ada di deket loe. Gue juga tahu loe sebenernya punya perasaan lebih ke Sarra. Nggak papa,gue rela. Asalkan syarat yang tadi loe penuhin!
Loe bingung darimana gue bisa tahu perasaan loe dan kenapa gue milih loe buat jagain Sarra kenapa bukan orang lain? Loe lupa ya,gue kan guru besar sekolah perdukunan internasional. Jadi hal sekecil itu mah gampang ditebak cuma pake insting dukun gue.Hehehe…! Nggak,gini lho  sebelum gue jadian sama Sarra gue udah melakukan pengamatan yang cukup lama. Dan gue tahu disaat Sarra membutuhkan teman tuk bersandar,loe selalu ada buat dia. So, gue yakin gue nggak mungkin salah pilih orang.
Ok,thanks banget ya Raf! Sorry banget udah ngerepotin loe. Mungkin di lain kesempatan kita bakal kenalan secara resmi dan gue harap kita bisa saling akrab.  
 Bintang Kejora Syahputra






Jakarta,23 April 2011
(23:02)

Dear Bidadariku, Sarra Shania
Tuhan terimakasih,telah Kau biarkan kami saling mengenal untuk waktu yang singkat ini.
Tuhan terimakasih pula atas karuniaMu. Kau ijinkan kami untuk saling mengisi dan berbagi warna baru dalam kisah kami yang singkat ini.
Tuhan terimakasih yang tak terhitung karena telah kau jadikan aku sebagai hiasan dalam naungan langit malamMu sehingga aku dapat menerangi tidurnya yang lelap.
Tuhan karena Engkau pula yang telah menjadikanku Bintang Kejora. Maka,perkenankan lah hamba menghapus air matanya disaat ia sedih dan jadikanlah aku sebagai penghibur disaat ia suntuk akan semua ujianMu.
Tuhan sungguh aku datang memenuhi panggilanMu tanpa ingin menyakiti perasaan makhlukMu yang lain. Maka,ringankan lah beban hati mereka yang pernah mengenal dan merasa memilikiku.  
Tuhan ini amanahku untuk mengemban seuntai salam untuk sang Mama dari bidadariku yang telah lama berada disisiMu. Maka, permudahlah aku dalam melaksanakannya.
Tuhan sungguh hanya kepadaMu lah hamba memohon dan meminta. Jagalah ia selalu dalam naungan cintaMu,sungguh Engkaulah sebaik-baik penjaga.
Tuhan jika Kau ijinkan hamba untuk memilikinya,aku lebih memilih untuk memilikinya secara abadi di nirwanaMu kelak
Nb: Aku pergi. Maaf dalam waktu yang lama. Pegang selalu janji kita!

Yang selalu mencintaimu dalam naunganNya
Bintang Kejora Syahputra

23 April 2011
(17:15)
By: Belda Eldrit Janitra
Cerpen ini di dedikasikan untuk tugas akhir bahasa Indonesia Annisa.
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar