" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Minggu, 19 Februari 2012

Dag Dig Dug, Tolak-Revisi-Terima?

Sudah terhitung seminggu naskah aku kirimkan ke alamat penerbit. Wuah, rasanya lega banget hasil pemforsiran tenaga dan pikiran selama empat bulan akhirnya selesai juga. Alhamdulillah, nggak nyangka banget waktu tau hasil print outnya ternyata banyak banget. Kayak-kayak bukan aku yang bikin.



Setiap hari aku tunggu dering telpon, berharap itu dari Bandung (Penerbit yang aku kirimi naskah emang di Bandung). Sampe-sampe setiap detik ayng aku jalani rasanya bergulir begitu lama. Memang benar kata orang-orang,"menunggu itu adalah hal yang paling tidak mengenakkan." Ok, I see... Dan ternyata, aku baru sadar bahwa aku baru nunggu selama seminggu! Padahal batas minimal sebuah buku turun dari editor adalah SATU BULAN! dan mungkin bahkan bisa memakan waktu selama SATU TAHUN jika memang antri naskahnya banyak! Oh God, make me be patient to wait the decision from publisher. :)

Yahh, berikut ini bocoran sajak-sajak ngawur dalam naskah buntelan kecil itu (berharap bisa mengimagine readers):

TAHAN!

Jangan! Jangan katakan saat ini
Tak sepasang mata pun melihat
Jangan! Jangan isyaratkan hening ini
Tak sesosok raga pun yang mengamati

                Bukan! Bukan karena ku membencimu
                Kehadiran sang Pelihat membuatku tak berkutik
                Bukan! Bukan karena ku mengkhianatimu
                Keberadaan sang Pengamat membuatku
                hanya bisa menunggu...
Menunggu...
Saat benda di bayang famorgana terlihat jelas
Saat semua keheningan ini terjawab gamblang
Saat aku sanggup mengangkat semua beban ini
Saat semua makhlukNya bertasbih
menyambut penyatuan cinta dua anak manusia
Saat semua telah tepat
                Dan,
                Akan berakhir indah pada waktunya
                Hanya perlu menahan, menjaga, dan berpasrah
                Dan kita pun akan menikmatinya sayang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar