" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Selasa, 21 Februari 2012

Musisi Akuntasi

"Suatu perubahan kebudayaan masyarakat yang mempengaruhi norma, sikap, nilai, dan sistem sosial secara blaa...blaa...blaa...." Baiklah hari ini guru IPS ku kembali melaksanakan kewajibannya yakni mentransfer ilmu kepada murid-muridnya. Dengan gaya yang sebagaiman abiasanya, pak guruku ini menerangkan panjang lebar dan seperti biasanya pula temen-temenku ples aku sudah menyiapkan obat nyamuk untuk dibakar.

Pelajaran IPS jadi tambah boring waktu bahas soal ulangan harian minggu lalu. Kali ini spesifikasinya di Sosiologi. Halah...halah..., bukannya malah ndengerin pak guru ganteng didepan ini mbahas malah pada banyak yang mblakrak kesana kemari. Ada yang sibuk sama laptopnya lah, ada yang sibuk sama buku sketsnya lah, ada yang sibuk ngedumel saking susahnya soal yang dibikin sama pak guruku ini, ada yang lebih kurang ajar lagi main gitar ditengah-tengah pembahasan soal. Ckckck..., untung aja pak guruku ini sabar banget. Nah, anak-anak yang uah bad mood dari pagi karena serangan ulangan fungsi komposisi jadi tambah nggak mood diajak bergelut dengan soal-soal sosial yang menurut kami sangat bertele-tele.

"Pak! Ayo main gitar aja!" Celetuk salah seorang temenku, yang baru inget bahwa guru pelajaran IPS ku ini (mencakup, geografi, sosiologi, ekonomi, namun fokus beliau di akuntansi) adalah mantan musisi terkenal (dapet curhatan dari guru2 lain sih. he he).
"Nggak, hari ini kita pembahasan soal ya anak-anak! Diperhatikan baik-baik, ini soal-soal akan saya keluarkan di UTS akhir Maret nanti." Masih dengan T.E (tanpa ekspresi) nya bapak guruku berujar seperti itu.
"Yaaaah, bapak.....!" Kompak seisi kelas bergumam kecewa.
Tiba-tiba seorang temenku cewek menodong guru gantengku ini dengan membawa gitarnya ke meja guru, "Pak ayolah main sekali aja! Ya pak?" Tanyanya tidak berperi kepembahasan soal sosiologian.
"Nggak, saya sudah lupa cara mainnya, lagi pula hari ini jadwal kita membahas soal." Bapak guruku ini memepertahankan penderiannya.
"Ya pak....? SEKALI AJA....!" kali ini rayuan maut terdengar dari seisi penghuni kelasku.
"Nggak, kalian aja yang main nanti saya lihat!" Aura musisi handal dari guruku ini mulai terpancar.
"Yaaaah, bapak! Jadi nggak semangat ini!" Anak-anak berlagak nggak punya semangat hidup, sdampe-sampe ada yang mau akting gantung diri. :P
"Hmmm...." Guruku ini masih berrpikir keras seolah-olah memikirkan soal neraca saldo yang tidak beres yang debet sama kreditnya nggak imbang bermilyar lmilyar.
"Iya deh pak.....!" Masih berusaha merayu guruku yang berpotur tinggi banget (maklum, beliau juga nyambi sebagai atlet voly tangguh.) :)
"Ya sudah, tapi kita pembahasan soal dulu ya....! diperhatikan baik2 yaa nak-anak!" Yes! Jurus rayuan maut pun ternyata berhasil!
"Yeeeeeeee......!" Akhirnya sekelas sepakat buat pembahasan soal konflik sosial, stratifikasi sosial, modernisasi, globalisasi, westernisasi, sampe ASI sekalipun. (Ya nggak lah!) Pokoknya sekelas akhirnya setuju buat mbahas soal namun dengan niat yang sudah melenceng. :D




Tiga puluh menit belalu terasa begitu lama....!
 "Mana nih, nggak selesai2! Keburu nggak sabar liat konser perdananya bapak ganteng ini." Bisik seorang temen sebangkuku.
"Sssstttt! Sabar!" Bak malaikat, aku silangkan bibirnya dengan lakban.

"Sudah anak-anak, sekarang kita rekap nilai!" Dengan gaya sok lupa pada janjinya pak guruku berusaha membodohi kami.
"Lho bapak......! Katanya mau gitaran!" Serbu seisi kelas melihat gerak-gerik guruku yang akan mengalihkan pembicaraan.
"Lho, jadi tho?" Tanggapan yang sama sekali menyiratkan kepolosan dari wajah guruku yang S2nya lulusan UI ini.
"Jadilah Paaaak.....!" Teriak sekelas.
"Ya sudah, mau nyanyi lagu apa?" Beliau bergegas mengambil gitar.
"Apa aja boleh pak....!"
"Heh rek aku....!" 'Plok!' Sebuah buku paket meleyang di wajah temenku yang barusan teriak.
 " Ssttttt.....! konser perdana segera dimulai!" Keterangan akan melayangnya buku itu segera tersampaikan.

"JENG...JENG...JENG....." Sekelas kompak untuk bungkam, khusyuk melihat kebolehan sang musisi akuntansi di depan kami ini.
Awalnya pak guru kami ini, memang mengajak kami nyanyi bersama. Yahh, lagu-lagu jadul gitu sih....! Maklum, eranya kan udah beda. Tapi, beberapa anak kelas masih agak nyambung soalnya beliau ngajak nyanyi Iwan Fals.

Sumpah sekelas nge-freeze ngelihat bakat pak guru yang sehari-harinya T.E dalam mengajar ini. Ternyata bakat beliau sangat patut untuk diacungi jempol se-Indonesia. Wah, bangga banget punya guru multitalent kayak beliau.

Denting piano kala jemari menari
Nada merambat pelan, di kesunyian malam
Saat datang rintik hujan
Bersama sebuah bayangan yang pernah terlupakan

Hati kecil berbisik, untuk kembali padanya
Seribu kata menggoda, seribu sesal didepan mata
Seperti menjelma
Waktu aku tertawa, kala memberimu dosa

Oh maafkanlah, oh maafkanlah

Rasa sesal di dasar hati
Diam tak mau pergi
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
Namun senyummu tetap mengikuti


Dan pelajaran hari ini ditutup dengan tembang lama Denting Piano dari Iwan Fals.
Terimakasih bapak Anang atas kesediaanya hari ini. Semoga ilmu-ilmu yang kami dapat dari bapak lebih bermanfaat dan kami akan selalu bersemangat dalam belajar IPS jika mengingat bapak harus mengorbankan harga diri untuk tunjuk bakat musisi masa muda bapak yang memang patut dibanggakan. :)


(Foto yang diambil secara sembunyi-sembunyi saat guru IPS ku akhirnya mau mempertunjukkan kebolehan masa mudanya. Cool man....! ^^)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar