" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Selasa, 29 Juli 2014

Bolehkah?


Mengingatmu bagai menggenggam salju. Dingin merasuk, menusuk dalam hingga jaring epidermis kulitku, namun lima detik kemudian cair. Kau lenyap membekaskan senyap.

Mengenang tiap jengkal jejakmu bagai menyapu pelataran raya aspal. Raib sejenak debu di pekat kerak jalan, lima detik kemudian satu butir debu kembali hinggap lalu jadi dua kemudian tiga hingga beranak pinak.
Kau lekat bersama jangkahku, menjejak bersama kakiku.

Mencintai butir kekuranganmu bagai menakar bahagia di tiap gram timbangannya. Ada ukuran untuk tiap kesedihan pun ada harga bagi semua kebahagiaan. Kau adalah aku, itulah mengapa aku selalu khawatir tak berkesudahan.

Khawatir kalau-kalau aku hanya akan memiliki semua ke-aku-an egoku padamu.
Kalau boleh aku minta pada Tuhan:

Bolehkah aku mencintai-mengenang-dan selalu mengingatmu sebentar saja di hela nafas tahiyat akhir sebelum salam?

Lantaran sentana jawab tengadahku bukan kau, aku takkan pernah menyesal.
Kau pernah ada itu sudah lebih dari cukup.

(Bolehkah?-B.E.J)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar