Sambutlah Aku
Dalam Halalmu
Pernikahan-Dinikahkan-Dinikahi-Menikahkan-Menikahi-Menikah,
berasal dari satu kata dasar yang sama yakni nikah. Secara bahasa nikah berasal dari kata نَكَحَ
– يَنْكِحُ – نِكَاحًا yang berarti الدَحْم (mengawini)
atau الخَجأ (menggauli). Dan secara istilah
nikah adalah sebuah
akad yang menghalalkan bagi kedua belah pihak untuk bersenang-senang sesuai
dengan syariat. Namun, hingga tulisan ini ditorehkan,
saya masih belum bisa memahami sepenuhnya makna dari nikah tersebut. Karena
mungkin saat ini, belum saatnya saya mengerti tentang makna satu kata sakral itu.
Sebagaimana
yang telah banyak tertulis di buku-buku dan artikel di internet maupun harian pagi bahwa pernikahan adalah suatu hal
yang dahsyat, dimana kesakralan, penghubungan, dan pertanggung jawaban antar
kedua mempelai akan dibawa menuju sebuah bahtera dalam rangka mencari keridhoan
Allah SWT semata.
Sejauh
ini guru mata pelajaran fiqh saya lah, Ustadz Ahmad Taufiq Wahyudi AS yang
telah sedikit banyak membeberkan segala hal tentang pernikahan tersebut. Mulai
dari syarat, hukum, hingga masalah mahar yang akan diberikan. Saya sangat
senang sekali menerima pelajaran itu, namun setiap kali jam pelajaran fiqh
berakhir ada saja pertanyaan yang menggantung dalam benak saya. Contohnya,
bagaimana saya nanti menentukan mahar atau apakah yang akan calon suami saya
berikan untuk mahar pernikahan kami nantinya? Apa hukum pernikahan saya
nantinya? Mubahkah, sunnahkah, haramkah, atau halalkah? Hingga jika saya tarik
akar dari semua kegusaran saya, maka tersingkaplah sebuah pertanyaan besar, siapakah imam yang akan membimbing saya melewati
semua suka dan duka dalam menjalankan peran di skenario hidup yang telah
ditentukan oleh sang Rabb?
Saya
memang seringkali berkhayal dengan teman-teman tentang bagaimana kelak indahnya
bersanding dengan seseorang dalam sebuah ikatan suci nan halal, berbagi hidup
bersama, tertawa bersama, menangis bersama, saling mengisi dan saling
melengkapi. Namun tidak jarang saya sendiri sering tersentak jika melihat
realita yang ada, banyak sekali pasangan suami istri yang pernikahannya kandas
ditengah jalan. Hal inilah yang sering menjadi perdebatan dalam hati kecil
saya, tentang indah dan suramnya sebuah hubungan pernikahan. Bahkan sering
juga, setan dalam diri saya membisiki agar mencoba hubungan pertemanan lawan
jenis lebih yang sekarang lebih kerap disebut ‘pacaran’. Kontroversi tentang
hubungan pernikahan sering membuat saya goyah dan tergoda untuk mencoba untuk
berpacaran sebagai batu pijakan untuk melangkah ke jenjang selanjutnya yang
lebih serius. Beruntung sekali, Allah SWT selalu membimbing saya ke jalan yang
lurus dan benar. Tak hanya sekali saya ditunjukkan oleh Allah tentang betapa
membahayakan dan menjijikannya seorang muslim yang melakukan hubungan pacaran
sebelum diikrarkannnya sebuah janji. Tanda-tanda kekuasaanNya yang ditunjukkan
melalui teman dekat saya yang pernah menjalin hubungan berpacaran sebelum
menikah benar-benar memaksa saya untuk membuka mata lebar-lebar bahwa hal itu
tidak akan membawa manfaat sediktpun bahkan malah akan merusak prestasi, karir,
dan iman saya. Disamping itu hukum menjalin hubungan seperti itu adalah haram
dan bahkan benar-benar mendekatkan manusia ke dalam lubang perzinaan.
Terkadang
saya terdiam, menikmati setiap oksigen yang masuk dalam pernafasan saya,
mensyukuri pemandangan yang tertangkap oleh penglihatan saya, dan mentadabburi
setiap langkah dalam perjalanan hidup saya. Semua kenikmatan telah diberikan
oleh Allah kepada hambaNya, semua kesenangan telah diumbar untuk orang-orang
yang mempercayaiNya. Namun mengapa masih banyak orang yang terjerumus dalam
lingkaran setan, perzinaan hanya karena mereka tidak sabar menunggu waktu yang
telah ditentukan untuk menambatkan hatinya?
Dari
tugas akhir ini saya dapat memetik sebuah pelajaran bahwa rasa cinta yang
hakiki akan benar-benar bersabar menyambut sesuatu yang halal dan akan menjadi
haknya. Cinta yang hakiki kepunyaan Allah akan selalu suci dan tak akan
tergerus oleh masa dan waktu. Maka dari itu, untuk seorang imam yang telah
dituliskan Allah, sedang menunggu ketentuan itu datang dan akan bersiap menjadi
penopang dari tulang rusuknya yang hilang ini saya harap bersabarlah dalam
menanti indahnya cinta itu. Dan ketika saatnya telah tiba dan saya telah siap
secara lahir dan batin untuk
menyongsongnya maka sambutlah aku dalam halalmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar