" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Minggu, 27 Mei 2012

Nilai Tugas Akhir, Pertanggung jawaban Masa Depan!


Sambutlah Aku Dalam Halalmu

Pernikahan-Dinikahkan-Dinikahi-Menikahkan-Menikahi-Menikah, berasal dari satu kata dasar yang sama yakni nikah. Secara bahasa nikah berasal dari kata نَكَحَ – يَنْكِحُ – نِكَاحًا yang berarti الدَحْم (mengawini) atau الخَجأ (menggauli). Dan secara istilah nikah adalah sebuah akad yang menghalalkan bagi kedua belah pihak untuk bersenang-senang sesuai dengan syariat. Namun, hingga tulisan ini ditorehkan, saya masih belum bisa memahami sepenuhnya makna dari nikah tersebut. Karena mungkin saat ini, belum saatnya saya mengerti tentang makna satu kata sakral itu.


Sebagaimana yang telah banyak tertulis di buku-buku dan artikel di internet maupun  harian pagi bahwa pernikahan adalah suatu hal yang dahsyat, dimana kesakralan, penghubungan, dan pertanggung jawaban antar kedua mempelai akan dibawa menuju sebuah bahtera dalam rangka mencari keridhoan Allah SWT semata.
Sejauh ini guru mata pelajaran fiqh saya lah, Ustadz Ahmad Taufiq Wahyudi AS yang telah sedikit banyak membeberkan segala hal tentang pernikahan tersebut. Mulai dari syarat, hukum, hingga masalah mahar yang akan diberikan. Saya sangat senang sekali menerima pelajaran itu, namun setiap kali jam pelajaran fiqh berakhir ada saja pertanyaan yang menggantung dalam benak saya. Contohnya, bagaimana saya nanti menentukan mahar atau apakah yang akan calon suami saya berikan untuk mahar pernikahan kami nantinya? Apa hukum pernikahan saya nantinya? Mubahkah, sunnahkah, haramkah, atau halalkah? Hingga jika saya tarik akar dari semua kegusaran saya, maka tersingkaplah sebuah pertanyaan besar,  siapakah imam yang akan membimbing saya melewati semua suka dan duka dalam menjalankan peran di skenario hidup yang telah ditentukan oleh sang Rabb?
Saya memang seringkali berkhayal dengan teman-teman tentang bagaimana kelak indahnya bersanding dengan seseorang dalam sebuah ikatan suci nan halal, berbagi hidup bersama, tertawa bersama, menangis bersama, saling mengisi dan saling melengkapi. Namun tidak jarang saya sendiri sering tersentak jika melihat realita yang ada, banyak sekali pasangan suami istri yang pernikahannya kandas ditengah jalan. Hal inilah yang sering menjadi perdebatan dalam hati kecil saya, tentang indah dan suramnya sebuah hubungan pernikahan. Bahkan sering juga, setan dalam diri saya membisiki agar mencoba hubungan pertemanan lawan jenis lebih yang sekarang lebih kerap disebut ‘pacaran’. Kontroversi tentang hubungan pernikahan sering membuat saya goyah dan tergoda untuk mencoba untuk berpacaran sebagai batu pijakan untuk melangkah ke jenjang selanjutnya yang lebih serius. Beruntung sekali, Allah SWT selalu membimbing saya ke jalan yang lurus dan benar. Tak hanya sekali saya ditunjukkan oleh Allah tentang betapa membahayakan dan menjijikannya seorang muslim yang melakukan hubungan pacaran sebelum diikrarkannnya sebuah janji. Tanda-tanda kekuasaanNya yang ditunjukkan melalui teman dekat saya yang pernah menjalin hubungan berpacaran sebelum menikah benar-benar memaksa saya untuk membuka mata lebar-lebar bahwa hal itu tidak akan membawa manfaat sediktpun bahkan malah akan merusak prestasi, karir, dan iman saya. Disamping itu hukum menjalin hubungan seperti itu adalah haram dan bahkan benar-benar mendekatkan manusia ke dalam lubang perzinaan.
Terkadang saya terdiam, menikmati setiap oksigen yang masuk dalam pernafasan saya, mensyukuri pemandangan yang tertangkap oleh penglihatan saya, dan mentadabburi setiap langkah dalam perjalanan hidup saya. Semua kenikmatan telah diberikan oleh Allah kepada hambaNya, semua kesenangan telah diumbar untuk orang-orang yang mempercayaiNya. Namun mengapa masih banyak orang yang terjerumus dalam lingkaran setan, perzinaan hanya karena mereka tidak sabar menunggu waktu yang telah ditentukan untuk menambatkan hatinya?
Dari tugas akhir ini saya dapat memetik sebuah pelajaran bahwa rasa cinta yang hakiki akan benar-benar bersabar menyambut sesuatu yang halal dan akan menjadi haknya. Cinta yang hakiki kepunyaan Allah akan selalu suci dan tak akan tergerus oleh masa dan waktu. Maka dari itu, untuk seorang imam yang telah dituliskan Allah, sedang menunggu ketentuan itu datang dan akan bersiap menjadi penopang dari tulang rusuknya yang hilang ini saya harap bersabarlah dalam menanti indahnya cinta itu. Dan ketika saatnya telah tiba dan saya telah siap secara lahir dan batin untuk  menyongsongnya maka sambutlah aku dalam halalmu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar