" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Jumat, 04 Januari 2013

Sampai Jumpa 'dolen'!




            Hari ini adalah akhir masa aktif liburan semester gasal saya, tak terasa dua minggu terlewati begitu saja tanpa adanya sebuah pencapaian kecil yang berarti. Sepertinya, saat orangtua saya menjemput sekaligus mengambil hasil rapor semester satu masih tahun lalu, 2012. Dan setelah ini, saya kembali mengenakan seragam putih abu-abu yang sebenarnya menjadi putih biru di sekolah saya tapi bukan berarti saya siswi SMP! Hanya saja sekolah saya ini memang luar biasa, warna abu-abu yang suram dijadikan lebih berwarna menjadi biru telur asin.

            Bergelut dengan waktu, ternyata sekarang sudah 2013. Cepat sekali ya? Wah, sepertinya di sini berlaku teori relativitas waktu milik Einstein. “Di dunia ini ada dua jenis waktu. Waktu mekanis dan waktu tubuh. Waktu yang pertama kaku, laksana pendulum besi raksasa yang berayun maju-mudur. Waktu yang kedua bergilang-geliut seperti ikan cucut di teluk. Waktu yang pertama tak dapat ditolak, telah ditetapkan sebelumnya. Waktu yang kedua mengambil keputusan sekehendak hati,” begitu kata Einstein.

            Sedikit menarik nafas panjang, untuk melonggarkan paru-paru rupanya mampu memutar sedikit memori. Kertas seukuran folio yang menempel di dinding sebelah ranjang telah tertulis dua puluh empat poin yang harus dicapai. Satu pun belum tercoret! Seharusnya, liburan kali ini tiga perempat deadline awal sudah harus selesai. Tapi, mengapa hanya empat noktah kecil dari editor mampu membuat kerja syaraf otak imajinasi mampet. Naskah, akhirnya tertunda.

            Mohon maaf kepada seluruh pihak yang terlibat, saya sendiri juga tak ingin stuck  seperti ini. Mungkin, setelah perang dengan kertas-kertas ujian nasional baru saya cumbui kembali naskah bobrok itu. Mama saya bilang, saat ini yang saya perlu hanya satu: FOKUS! Tak ada angin atau hujan apapun yang bisa merusak daftar rencana seseorang jika ia fokus, di luar campur tangan Tuhan. Tinggalkan sejenak yang kurang penting dan belum penting, setelah semua simpul soal-soal try out dan ujian terurai baru korek kembali hal-hal itu yang kemudian berstatus menjadi penting.

            Oh mama, apakah ini artinya saya harus meninggalkan hijaunya rerimbunan daun itu? Menutup telinga agar tak mendengar kicauan burung Emprit kecil yang terbang riang? Atau sekalian saja saya harus menutup pintu kamar rapat-rapat agar angin tak datang membelai dan terik mentari tak menyilaukan pandangan mata seperti saat melihatnya terbit dari sela bukit dan memantul anggun di Ranu Kumbolo?


            Mama bilang, “Bukan begitu, nak!”. Seseorang yang begitu mencintai suatu hal akan merasa jenuh jika terus menerus melakukannya. Di sisi lain, kau harus belajar menahan diri. Alam akan lebih memberimu penghormatan tertingginya jika kau bertandang padanya bukan untuk berlari dari penatnya urusan hamba. Jika selama ini yang kau lakukan adalah menjadikannya sebagai tempat pelarian, mama mohon kali ini buatlah ia bangga dengan kabar gembira yang kau bawa nantinya selepas semua selesai. Ingat nak, daun itu bukan hanya lembaran hijau, kuning, merah, bahkan coklat yang hanya bergerak jika ia tertiup angin. Tapi ia, juga selalu bertasbih akan kemahaan Tuhannya, ia juga bisa mendengar dan melihat setiap perilaku manusia yang menyapanya, memetiknya, bahkan menginjaknya tanpa ampun. Begitu pula, dengan burung-burung kecil yang pernah kau temui sebelumnya. Mereka akan bersuka ria menyanyikan sebuah dendang indah, bukan hanya sekadar berkicau jika kau datang tanpa beban nantinya. Demikian juga dengan sang Bagaskara dan Bayu. Mereka akan menjadi sahabat terbaikmu nanti, melebihi kedekatanmu dengan mahluk apapun saat ini.
            “Ma, lalu apa gunanya merubah poros roda jika kemarin telah tergelincir?”, tanya saya sedikit tersedu. “Jika masa silam berakibat tak menentu pada masa kini, tak usahlah terlalu merenungi masa lalu. Dan, jika masa kini hanya berakibat kecil saja bagi masa depan, tak perlulah terlalu membebani tindakan saat ini. Setiap tindakan adalah satu pulau dalam waktu, yang harus dinilai terpisah,” Mama hanya menjawab pertanyaan saya dengan sebuah teori tersebut.

            “Nak?” Panggil Mama. “Iya, ma?”. Fokus! Itu yang menjadi kunci saat ini. Fokus yang akan menjadi pena untuk mencoret ke duapuluh empat poin mimpimu yang telah lama tertempel di sebelah ranjang. 


B.E.J, 16:25
Hujan Sore Sidoarjo

            

4 komentar:

  1. mohon penjelasan maksud tentang Demikian juga dengan sang Bagaskara dan Bayu.:) aku gak ngerti maksudnya itu. itu kiasan utk apa?

    BalasHapus
  2. "Demikian juga dengan sang Bagaskara dan Bayu. Mereka akan menjadi sahabat terbaikmu nanti, melebihi kedekatanmu dengan mahluk apapun saat ini"
    Bagaskara: Matahari
    Bayu: Angin
    Silakan diganti saja dengan kata yang sebenarnya, gak ada maksud kiasan itu hanya sinonimnya aja. :)

    BalasHapus
  3. semoga mimpi ke ranukombolo dan sampai puncak mahmeru berhasil ya :D
    salam lestari :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, semoga Hani Sora juga bisa sama-sama ke sana. :)

      Hapus