I pray you'll be our eyes
And watch us where we go
Sebenarnya saat tuts keyboard
ini saya aniaya hingga menghasilkan beberapa susunan kata yang dapat dibaca
saat ini, saya masih bingung. “Apa yang saya lakukan saat ini?” kalimat itu
yang menggantung di benak saya. Apakah saya akan meracuni otak banyak orang
dengan doktrinan kata-kata yang saya sendiri belum yakini sepenuhnya? Ataukah
saya akan tetap mengendapkan gagasan ringan ini hingga menyesak dan bergumul
dalam dada seperti seonggok sampah yang menyumbat aliran sungai di ibukota
negara?
Tidak-tidak, bukan itu maksud saya. Kali ini saya hanya ingin meluapkan
sedikit kerinduan pada www.toplesmimpi.blogspot.com yang sudah sedikit ditumbuhi lumut di bagian
tepi-tepi dan sudut ruang untuk berkarya, berasa, dan berkarsa ini.
And help us to be wise
In times when we don't know
Dua tahun yang lalu saat masa orientasi siswa baru. Begitu bangganya
saya berganti seragam menjadi putih abu-abu, yang sebernarnya putih-biru telur asin.
Ah, tak masalah yang penting status
di kartu tanda pelajar sekarang bukan lagi sebagai siswi Sekolah Menengah Pertama.
Yap, selamat datang di Sekolah Menengah
Atas! Banyak orang bilang, di masa inilah kisah yang sebenarnya sebagai pelajar
baru akan dimulai. The unforgettable
stories.
Tapi agaknya, harapan akan indahnya masa SMA tak kunjung dan takkan pernah
terwujud. Pasalnya, saya tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki di sekolah
yang digembar-gemborkan dalam banyak teenlit
itu. Saya siswi madrasah. Madrasah Aliyah. Bukan yang lain. “Itu sama produk,
hanya beda merk saja!” celetuk seorang senior dulu. Mana bisa dibilang sama?
Dilihat pilihan katanya saja sudah berbeda. Sekolah dan Madrasah. Meski,
artinya sama yakni tempat untuk mencari ilmu namun pengambilan dari bahasanya saja
sudah membuat bulu kuduk sedikit merinding. Tak percaya? Tunggu hingga bacaan ini
selesai.
Let this be our pray
When we lose our way
Setahun awal rupanya cukup untuk masa adaptasi. Mulai percaya diri untuk
mengeksplor kemampuan lebih dalam. Tahun kedua, mulai banyak hal yang terjadi.
Rupanya, ini yang dikatakan merajut kisah. Terang dan redupnya a light of self pun sering terjadi.
Hampir saingan dengan pemadaman listrik bergilir di kampung-kampung pinggiran. Banyak
sekali yang terjadi dengan madrasahku. Harap maklum, jika tak bisa saya beberkan
satu persatu. Berapa karakter jadinya corat-coret ini akan selesai jika hal itu
saya lakukan?
Setiap tahun melihat pelepasan para senior rupanya mampu membangkitkan self convidence saya untuk bermimpi lebih
jauh. Hal ini pun terwujud ketika tiba-tiba dalam sebuah pelatihan sang
motivator meminta seluruh jamaah yang hadir menuliskan sebaris mimpinya.
Seingat saya ada dua puluh baris kosong yang harus diisi.
Sebuah cita-cita dengan tagline profesi
keren dan bergengsi berhasil saya tuliskan kala itu. Yakin dengan obsesi besar saat itu, saya ajukan keinginan besar ini
kepada orangtua. Ya, bagaimana pun orangtua harus tahu hal sepenting ini.
Apalagi menyangkut cita-cita sang anak. Karena bagaimana pun merekalah orang
pertama yang akan menangis atau tersenyum bangga melihat hasil perjuangan buah hatinya.
Sempat saya lihat mereka mengerutkan kening, urat-urat di dahi itu semakin
tampak menonjol. Oh, tidak bisa saya bayangkan
bagaimana kerasnya kehidupan hingga dapat mengguratkan garis-garis timbul seperti
itu. “Baiklah, jika itu maumu! Kami mendukung sepenuh hati dengan doa,” ujar mereka
kala itu.
Saya semakin mantap dengan langkah diri. Banyak kebiasaan yang saya ubah,
mulai dari mengatur pola belajar, menyusun jadwal harian, hingga usaha untuk menaikkan
prosentase nilai raport di tiap semesternya. Saya tahu, untuk menjadi dan memperoleh
sesuatu yang besar harus dimulai dari langkah kecil yang akan berdampak besar.
Dan cara-cara seperti inilah yang waktu itu saya yakini akan membawa dampak besar
nantinya.
Efek dahsyat yang ditimbulkan dari obsesi yang terlalu besar yakni egois.
Saya mulai tak pandang bulu. Tak toleh kanan-kiri. Tak peduli keadaan sekitar.
Bahkan mungkin, jika Belanda dan Jepang kompak datang lagi untuk menjajah yang saya
tahu orang-orang di sekitar saya telah banyak bergelimpangan tak bernyawa dan akhirnya
tersadar sayalah bidikan terakhir. Dan kau tahu? Egois sangat erat sekali persahabatannya
dengan kesombongan.
Satu hentakkan berhasil membuat saya mendongak. Bahasa boomingnya sekarang, seperti sabetan
yang cetar membahana. Tuhan memaksa
saya membuka mata untuk menyadari bahwa kesombongan adalah jubah agung yang
hanya pantas Ia pakai. Bukan dipakai oleh seorang hamba, apalagi saya. Ck, bukannya sadar akan salah yang saya perbuat
saya malah menyalahkan Tuhan.
Bukankah Ia yang melukiskan semua mimpi ini? Bahkan Ia juga kan yang
telah menentukan garis takdir hingga kau bisa membaca postingan ini? Saya yakin,
bahkan kaum Atheis pun menyadari akan kewenangan sang Pencipta yang satu ini,
menuliskan garis takdir hambaNya. Hanya saja mereka belum menemukan titik
terang tentang siapa dan dimana Ia bersemayam.
Padahal memang, “semua terjadi
karena suatu alasan”. Jika ingin tahu kisah lengkap tentang quote tersebut luangkan sedikit waktu
untuk googling tentang kisah Frank Slazak.
Lead us to the place
Guide us with your grace
To a place where we'll be safe
Saya mulai kelimpungan menghadapi kenyataan. Apakah saya harus
mempertahankan obsesi dan ego diri? Atau mungkin memang ini jalanTuhan
mengingatkan hambaNya? Inti dari semuanya adalah tak selamanya obsesi besar
akan membawa dampak besar bagi orang lain. Meski, hampir semua orang akan
menjawab ini akan bermanfaat dan menularkan manfaat bagi orang lain nantinya. Ah, yang benar saja? Ego memang biasanya
membutakan mata hati.
Hari itu sebuah peristiwa membuat saya benar-benar mempertanyakan arti kehadiran
manusia untuk manusia lainnya. “Bukan hanya seonggok daging yang punya nama!”
kutipan dari novel megabestseller 5
cm. Saya akhirnya paham itu, meski tak sepenuhnya. Jika boleh sedikit saya sarankan
untuk berhenti menonton serial tv melas.
Jika aku menjadi, tukar nasib, orang pinggiran, dll. Karena tak sepenuhnya
itu benar, masih ada campur tangan tim redaksi untuk berskenario dengan para
pemainnya.
Bagusnya serial ini memang bertujuan untuk menumbuhkan jiwa sosial masyarakat
dan di sisi lain juga untuk menaikkan rating
penayangan stasiun tersebut. Whatever!
Yang jelas, jika kau ingin melihat kenyataan yang sebenarnya terjadi coba hentikan
kesibukan konstanmu sejenak. Lupakan obsesi.Tinggalkan ego diri. Coba keluar dengan
telanjang dari kesombongan yang memang bukan hak kita.
Lihat! Di depan pintu pagar sana ada anak lima tahun yang terpaksa ikut ibunya
mengemis. Lalu, mari kita beranjak, ke perempatan jalan kota. Banyak sekali anak-anak,
remaja, bahkan tua-renta yang berlomba mencari sesuap nasi orem garam. Endapkan
dulu, jangan mengambil kesimpulan apapun!
La luce che tu hai
[I pray we'll find your light]
[I pray we'll find your light]
Nel cuore resterà
[And hold it in our hearts]
[And hold it in our hearts]
Tiba di tahun ketiga masa madrasah saya ini. Pertanyaan tentang masa
depan pun mulai menjadi hal yang serius, tak lagi main-main. Mau kemana setelah
lepas seragam putih-biru telur asin ini? KUA kah? Kantor kah? Atau universitas?
Jika diurai satu persatu, KUA (Kantor Urusan Agama). Kantor ini biasanya
mengurus segala hal yang berhubungan dengan urusan agama sesuai dengan namanya,
termasuk menikahkan sepasang insan. “Ada apa dengan KUA?” Sepertinya akan
menjadi sequel film yang akan menembus box office internasional jika selepas dari madrasah ini saya
melanjutkan ke sana. Hahaha J. Masih terlampau jauh.
Kantor? Ya, sebagian orang menyebutnya sebagai tempat bekerja. Nah,
masalahnya sekarang kantor mana yang akan menerima pekerja/karyawan yang hanya
punya ijazah SMA? Lulusan sarjana saja masih harus berebut ladang rezeki ini,
bagaimana dengan lulusan SMA? It’ll be
hard to do it!
Destinasi terakhir, universitas. Beberapa minggu terakhir ini,
siswa-siswi tahun terakhir tingkatan sekolah menengah atas dan sejenisnya
memang disibukkan dengan penggalauan pilihan empat jurusan di dua universitas
berbeda dan seminggu yang lalu adalah verifikasi awal data nilai raport. Saya
yakin sekali, jika sudah begini ceritanya ruang BK lebih laris dibandingkan
kantin saat istirahat. J
Banyak kisah dari ruang BK. Yang jelas, semua serasa mengambang.
Berjalan di atas udara. Menyingkronkan obsesi anak dan keinginan orangtua
ternyata tak semudah memilih baju yang akan digunakan untuk apel malam minggu.
Jika dulunya orangtua bilang, iya kami akan mendukungmu. Berbeda dengan keadaan
saat ini. Perseteruan antar anak-orangtua bisa saja terjadi jika tidak
menemukan titik temu yang pas untuk mengisi kolom SNMPTN 2013, yang tahun ini
sistemnya memang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tidak hanya satu dua
teman saya yang menangis selepas bersitegang dengan orangtuanya. Namun juga ada
orangtua yang mengancam tidak akan memberi uang jajan jika tetap bersikukuh
dengan pilihan sang anak tersebut. What a terrible situation! L
A ricordarci che
[When stars go out each night]
[When stars go out each night]
Eterna stella sei
Nella mia preghiera
[Let this be our prayer]
Nella mia preghiera
[Let this be our prayer]
Quanta fede see'è
[When shadows fill our day] ♫Celline Dion & Andre Bocelli-The Prayer
[When shadows fill our day] ♫Celline Dion & Andre Bocelli-The Prayer
Coba pahami mengapa tanda titik dua ‘:’
diciptakan. Bukan semata-mata sebagai pelengkap tanda baca dan tanda pemisah
yang berarti pembagian dalam mapel matematika. Tapi Tuhan menciptakan tanda
titik dua agar manusia bisa lebih memahami hakikat hidupnya untuk manusia lain.
Tanda titik dua “:”,
perumpamaan manusia yang takkan pernah bisa hidup sendiri bahkan ketika ia di
hutan atau di ruang bebas elemen. Bagaimanapun keadaannya, manusia memiliki
Tuhan yang selalu di atas untuk menaunginya dari segala kemungkaran. Tanda
titik dua juga bisa diimplementasikan bahwa manusia adalah mahluk sosial yang
dituntut agar selalu bisa berbagi dengan mahluk lainnya.
Berbagi dan membagi, aturan itulah yang telah tertulis mutlak di bumi
Allah ini. Jika kau tak ingin melakukannya, silakan cari semesta lain yang tak
memiliki aturan indah ini! Dan yang terpenting adalah tanda titik dua “:” akan selalu menjadi pengingat kita
bahwa nantinya semua mahluk akan kembali dan menjadi saklek sebagai satu titik “.”.
Kembali ke alam abadi di mana gaji, pangkat, ketenaran, dan sanjungan tidak
lagi ada artinya, kecuali satu arti yang akan mengubah segalanya. Ketika
bagaimana kiprah hidup kita selama menjadi titik dua itu berarti bagi yang lain
dipertimbangkan. J
B.E.J
23:40,1213
Tidak ada komentar:
Posting Komentar