" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Sabtu, 20 April 2013

2 Kunang-kunang

Alhamdulillah, setelah hampir dua pekan saya menahan diri untuk bertandang kemari akhirnya hari ini terobati juga.

Sekilas saya ingin mengungkapkan sedikit rasa bela sungkawa ini pada UN 2013. Ujian nasional yang sangat dikeramatkan itu ternyata banyak mengalami kecacatan nurani. Mulai dari pendistribusian soal yang kurang profesional, pembagian dan pengepakan soal yang sangat menyesatkan dan lain-lain. Sudahlah, saya tidak ingin mengorek aib sistem pendidikan di negeri sendiri karena di banyak media pasti sudah banyak diekspos masalah genting ini.

Di saat saya sendiri yang menjadi korban ketidakberuntungan ujian ini, seperti yang sebelum-sebelumnya batin liar saya mulai memberontak. "Take me out now!" katanya seperti itu. Jadilah, dengan modal nekat dan janji singkat saya dan dua kawan memenuhi hasrat untuk kembali mentadabburi alamNya.
***

Hari itu cuaca cukup bersahabat mengingat pagi hari sang surya tersenyum ceria. Saya berdoa agar dia selalu ceria hari itu sehingga tak ada niatan untuk membuat langit menangis. Namun, ternyata sore itu saya sedikit kurang beruntung. Sang surya pulang cepat dan membuat langit menangis sejadi-jadinya hingga sesenggukan petir pun mampu membuat korslet listrik gedung asrama saya.

Mungkin, bukan hari ini. Kau harus sedikit bersabar ya batin. Saya berusaha meraba keinginan berlari bebas yang sudah mulai merutuki keadaan.  Ah, malangnya kau, batin liar.

Sekitar sejam kemudian, langit mulai iba melihat keadaan kami yang sangat tidak ingin berdiri tegak untuk sekadar menengoknya dari bilik jendela. Hujan mulai reda. Tapi tak sepenuhnya. Tak apalah, gerimis pun lebih nikmat daripada berdiam diri dalam kamar yang gelap.

Butuh waktu sekitar setengah jam hingga kami bisa benar-benar menggerus jalanan kota Malang yang basah. Sejuk dan asri, itulah dua hal yang lama saya rindukan. Ketenangan.

Tepat saat adzan maghrib dikumandangkan, saya dan kawan-kawan telah berhasil mencapai masjid agung An-Nur. Kami menunaikan kewajiban senja kami di sana. Selepas itu, hujan masih belum reda malah seakan-akan inilah waktunya untuk bersenang-senang bagi bulir-bulir air langit itu untuk menari di bawah lampu jalanan. Tarian yang indah.

Kami bunuh sedikit waktu dengan berbincang kesana kemari berharap hujan segera menyudahi pertunjukkan tarinya.

Merasa tak digubris oleh hujan, kami memutuskan untuk menjajal kudapan hangat yang cukup nikmat, ketan cantik begitu saya menyebutnya. Si cantik ini berbahan dasar ketan disajikan hangat dengan berbagai make up pilihan seperti bubuk kedelai, gula merah, keju susu, meses susu, dan lain sebagainya. Si ketan cantik ini bertarif cukup terjangkau dengan kisaran harga Rp 3000-5000 saja. Tertarik? Silakan kunjungi pos ketan di sebelah barat alun-alun kota Batu.

Pemandangan malam yang elok. Sisa-sisa air langit yang menggantung di lampu warna-warni bianglala menimbulkan efek bokeh seperti gambar-gambar favorit wallpaper laptop.

Puas menikmati si cantik, kami kembali ke titik tiba awal untuk menunaikan kewajiban. Terimakasih atas segala kebaikanMu, selepas isya langit kota Batu mulai menunjukkan mood baiknya. Kami capcus menuju tujuan utama. Melihat dua kunang-kunang.

Membelah jalanan dua arah di hutan pinus, membuat saya sedikit flashback saat pertama kali saya berkenalan dengan alam yang ramah ini. Jabatan tangan pertamanya masih saya ingat benar, sungguh menenangkan.

Lima belas menit kemudian kami menemukan sebuah loket, dengan tarif 4000 rupiah perorangnya saya tidak menyangka akan mendapatkan kejutan yang sangat istimewa. Dibuka oleh enam anak tangga, sekelompok kunang-kunang itu terbang rendah dengan indah. Mereka berada di bawah saya. Maha Suci Yang Telah menciptakan keindahan ini. Belum berhenti sampai disitu, ketika saya mendongak ternyata beberapa kunang-kunang telah terbang tinggi membentuk formasi-formasi yang tak kalah menghebohkan. Benar-benar dua kunang-kunang yang menakjubkan, satu kelompok di bumi dan sekelompok  lainnya di langit. Kesingkronan elemen tanpa cela.

Mungkin saya sering berlebihan dalam mendeskripsikan sesuatu, tapi tidak untuk kali ini dua kunang-kunang pelipur selepas ujian ini memang benar indah adanya. Terimakasih. :)


Kunang-kunang Kota 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar