Senin, 28 Oktober 2013
Dari stasiun Tanah Abang ke Pondok Ranji
Petang tadi saat petugas stasiun bilang maaf karena kereta sedang diperbaiki
Semua lidah berdecak. Ck!
Baru saja ketika jalur enam
Dijejaki ular besi
Seorang ibu berteriak, "Misiii, beri jalan yang turun!"
Sontak barisan kami bukan lagi menjelma seperti mahasiswa berdemo pada gubernur
Tapi menjadi nyiur kelapa yang siar siur
Semenit, kereta belum jalan. Dua menit, tak bergerak juga. Tiga menit, masih tetap diam.
Ah, mungkin kami sengaja dijadikan sarden dalam kaleng gerbong kereta ini
Kepala ketiak bertemu jadi kelopak
Pinggul punggung berdesak jadi pantat
Ya Tuhan! Ibu! Bapak!
Barulah terpekik nama terkasih kala kereta oleng menghimpit tiap jasad sarden
Kenapa bukan keparat, bangsat, bajingan yang terucap?
Ah, bangsa ini memang terlalu sopan
Hingga petang ini tidak jua membuat kapok para tikus mempan
Baiklah, permisi saya mau turun di pondok ranji!
Lalu melengang ke warung mak Surti beli neo remasil
Ups, maaf sebut merek
Karena encok pinggangku sudah tak tertahankan.
-B.E.J- Dalam S10
28/10/13-19:23
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar