Mulailah sedikit pengembaraan membentangkan jalan beraspal dengan kanan kiri gersangnya gurun yang tak indah sama sekali, pun tak menyerempet Sahara. Dan terik siang segera melalap bayangan membeber fatamorgana.
Sejak kapan pula seutas tali yang dekat terasa amat jauh sedang segelondong ikatan tampar nun jauh tampak di ujung hidung? Tipuan. Semua disini disetting untuk sebuah tipuan. Entah menipu atau ditipu. Hingga jangan salahkan jika banyak poster yang mejeng disana-sini bertuliskan "Hati-hati terhadap penipuan atas nama apapun!". Sebuah tipuan oh bahkan beribu-ribu tipuan sehingga tebal topeng kemunafikan berhasil mengcover setiap celah pori wajah.
"Itu bukan tipuan! Itu trik bertahan!", tukas anda suatu siang sambil menikmati jajanan kantin. Hei! Apa bedanya tipuan dengan trik? Bukankah itu sama-sama cara untuk mengelabui seseorang? Baiklah, kali ini anggap saja itu dapat menjawab terombang-ambingnya sebuah kano kecil diatas sungai tak bertepi di sela-sela kota Venesia. Anda jangan heran, saya tahu Venesia kota yang indah dari banyak penuturan, termasuk seorang senior yang sangat mendukung berbagai kiprah dan tingkah polah saya yang selalu anda anggap tidak wajar.
Setitik anugerah yang patut didecap dalam-dalam. Kala masa itu datang. Masa dimana setiap Detik berlomba untuk menggumpalkan Menit dan Menit berlarian sambil terbahak meraih Jam."Aduh!", langkahnya terhenti seketika kemudian menoleh ke belakang dan berucap, "Cukup! Kali ini jam tidak akan menguntai sebuah takaran hari", ucapnya bersamaan dengan tangis sendu. "Cup..cup..cup.. Tak apalah sayang, selagi hayat masih dikandung badan! Setiap molekul yang keluar masuk fentilasi ini masih berpihak pada keyakinan di depan kening kamu", ujar sang Mimpi menenangkan. Semoga anda pernah membaca novel megakarya itu. 5 cm. Yang saya anggap sebagai buku panduan perjalanan. Keyakinan, keinginan, harapan, cita-cita, dan mimpi itu ada. Bukan sekedar ilusi. Anda harus percaya itu!
Maka di pergeseran jarum jam dinding yang mengangkang angkuh diatas papan tulis putih lebar yang sudah mulai usang. Saya meminta izin dengan segala ketawadu'an yang takkan mereda. Dengan sikap badan menunduk tanpa ada rasa menantang. Biarkan saya meregangkan simpul jaring laba-laba ini. Biarkan saya melepas topeng yang hampir melukai guratan muka asli pemahatnya. Biarkan saya menatap pelangi yang datang selepas hujan di akhir musim tahun ini, menatap; berarti melihatnya secara intens dan leluasa tanpa ada penghalang seinci pun. Biarkan saya menjadi AKU! Karena kesempatan tak datang dua kali dan sejarah takkan terulang. Hanya saja suatu saat akan ada irama dan nada yang terdengar serupa. Hanya serupa, namun tetap saja berbeda.
B.E.J
Perpus, ketika matahari bersembunyi
hadu du du duhai..
BalasHapusCoba kamu baca bukunya Michael Ende, judulnya MOMO. :D
Momo-Michael Ende? Siap bos! Akan segera saya cari :D
BalasHapus