" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Kamis, 04 Oktober 2012

Pohon Besar

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang pemimpin di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan pemimpin di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.""

Sebuah firman dari lembaran putih membuka hari saya pagi ini. Seperti melesat kemudian jatuh dan menghujam tepat di tengah pusat kesadaran. Seorang pembesar kemudian berkata, "Bagaimana bisa mereka mengecam Tuhan yang hendak menjadikan seseorang untuk memimpin ranah bumi?". Sontak hening menyelimuti, tak ada yang berani bersuara. Namun, "Mungkin karena mereka adalah jiwa-jiwa yang suci sehingga mereka berhak mengetahui beberapa privasi yang dituliskan olehNya", satu suara memecah keheningan ruangan ini. Sang pembesar hanya tersenyum bijak, kemudian bertutur, "Tahukah kalian, sebelum bapak kalian yang tercipta dari tanah itu dilahirkan sebenarnya telah ada kehidupan dari para kaum terdahulu. Entah jasadnya tersusun dari tanah pula atau lebih mulia seperti remah-remah emas, atau mungkin juga lebih hina terkomposisi dari adonan lumpur pekat menjijikkan? Sampai saat ini belum ada penemuan yang berhasil mendobrak ilusi hingga tercipta sebuah dogma. Yang jelas adanya kehidupan sebuah kaum terdahulu yang sama seperti saat ini. Sama-sama berakal."

Setelah beringsut dari posisinya semula, sang pembesar melanjutkan, "Dari situlah mereka mengetahui apa yang akan terjadi jika Tuhan memilih seorang dari manusia untuk memimpin buana. Sebuah rasa trauma yang mungkin masih menggantung dalam benak mereka saat Tuhan melakukan kehendakNya. Hancurlah kaum itu sebab tak tunduk dan patuh. Hidup mereka hanya diisi dengan pertengkaran dan kemungkaran. Jadilah tak salah jika Tuhan menghapuskan mereka dari semesta."

Banyak tanda tanya besar yang tiba-tiba merundung pagi ini. Penjelasan barusan menyiratkan banyak teka-teki. Yang untuk menyelesaikannya tak cukup hanya bersuara menumbangkan hipotesa, atau menulis menyatakan apa yang tak terucap. Belum selesai sampai di situ, sebuah pertanyaan atau mungkin pernyataan berhasil mengatupkan mulut-mulut yang hendak segera berceloteh. "Atau mungkinkah, adanya kita saat ini adalah kelahiran kembali dari kaum terdahulu yang mungkin sudah Tuhan poles sedemikian rupa sehingga lebih tersembunyi titik-titik kedurhakaan dan kemurkaan kita? Dengan kata lain, reinkarnasi."

Sementara lahir saya memberikan sebuah reaksi berupa dengusan, batin saya malah sebaliknya meronta-ronta tanpa henti meminta penjelasan lebih banyak. Apakah benar adanya REINKARNASI? Bukankah itu hanya ada di beberapa ajaran umat yang meyakininya? Sedang dalam keyakinan yang saya anut jelas itu tidak ada! Yang ada adalah kebangkitan setelah ditiupnya terompet maha dahsyat untuk kedua kalinya.

Tiba-tiba setan jahil mengambil kendali urusan ini. Iseng saya nyeletuk pada teman sebangku saya, "Kalau beneran ada reinkarnasi. Terlepas dari masa lalu dan identitas kamu sekarang. Di kehidupan masa datang, kamu ingin terlahir jadi apa?" Beberapa detik saya tak mendapatkan jawaban, sepertinya ia berpikir. "Aktris! Pemain film terkenal. Hahaha" Sontak tawa kami pecah. "Kenapa harus aktris? Kenapa gak sekalian presiden atau orang-orang yang hebat?", tanya saya mencerna. "Soalnya, selama aku hidup ini kayaknya gak mungkin deh jadi aktris. Disamping kemampuan akting gak ada. Orangtua juga gak kira ngijinin deh. Udahlah, mission impossible banget pokoknya! Padahal aku senang banget kalau lihat aktris-aktris keren main film di layar lebar!". "Good answer! Kalau kamu?", saya beralih pada kawan sebangku saya yang lain. "Hmm. Mungkin jadi aku lagi.", saya sedikit mengernyit mendengar jawabannya. "Maksud kamu, jadi kamu yang sekarang?". "He em", jawabnya mantap. "Alasannya?". "Kayaknya menyenangkan jadi diri sendiri dengan identitas yang baru di lain masa. Aku sih berharap masih ada jejak masa lalu yang tertinggal." Saya manggut-manggut mendengar penuturannya. "Kalau kamu, Bel?". Tibalah pertanyaan yang saya harap tidak dilontarkan untuk saya karena sejujurnya saya belum tahu ingin dilahirkan kembali sebagai apa atau bahkan jadi apa, jika memang ada.


Lama saya terdiam, memperhatikan kedua teman sebangku saya yang menuntut ingin tahu. "Pohon besar", jawab saya kemudian. "Heh?", isyarat mereka tak mengerti memaksa saya untuk menjelaskan alasannya. "Sama seperti kalian, ada sesuatu yang tidak mungkin terjadi di kehidupan saat ini karena banyak faktor terutama sudah suratan, dan masih tetap pula menyenangkan untuk menjadi diri sendiri dengan jejak masa lalu. Pohon besar hanya akan berbagi di tengah hiruk pikuk manusia sibuk. Berbagi oksigen untuk dihirup, berbagi naungan untuk berteduh, berbagi dahan untuk bermain, dan yang pasti berbagi kisah untuk ditinggalkan. Terlepas pohon itu akan sewaktu-waktu ditebang untuk berjuta alasan kepentingan. Pohon besar hanya akan meninggalkan kenangan dan semoga tidak akan meninggalkan luka bagi orang yang telah ia persilakan untuk berbagi", jika boleh berandai-andai. :)




 B.E.J
05-10-2012
Kelas;11:20







Tidak ada komentar:

Posting Komentar