Selasa, 03 Juni 2014
Fatihahku Kau
Kau menulis:
Pada saat kebakaran, tanpa kita sadari saat itu api dan air selalu bercinta dan tak pernah berlawanan. Hakikatnya pada saat itu api merindukan kekasihnya: air.
Saat datang air memenuhi panggilan sang kekasih, maka mengepullah asap, membumbung tinggi menyisakan letupan-letupan kecil laksana sebuah simponi indah.
Seperti doa.
Kuamini permukaan altar murotal yang menggaung di udara:
Saat aku merindukanmu, akan kusebut namamu selalu. Lalu kubumbungkan tinggi melangit hingga malaikat mengambai-ambaikan bebulir ketenangan dari bening tetes embun di ujung daun subuh.
Dalam panjat doaku di Fatihah hari ini: Kau.
(Fatihahku Kau-BEJ, 03/06/14)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar