" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Minggu, 01 Juni 2014

Sudah Amat Terlambat Aku Belum Sempat Taubat

Bukannya aku sombong berat, tapi maaf tangan-tangan kalian bau karat

Aku juga bukan tak peduli, tapi mana mau aku bertemu orang yang makan, tidur, dan tinggalnya di pinggir kali
Takut bau badek kali hinggap manis di jas empat digitku

Kupingku juga tidak congek, dengar mulut kalian yang terus merengek
Minta dana kesehatanlah, minta tunjangan pendidikan, minta pekerjaan layak!
Tunggu dulu, ini anakku barusan lulus TK tadi pagi minta liburan ke Disney Land nanti sore

"Tuan, kasihan kami. Bekerja banting tulang demi keluarga, demi bangsa dan negara!" seorang tukang ojek mendekat kuyu. Keringatnya merembes di pelipis mungkin ia juga sudah menahan pipis demi bicara seperti ini.

Aku tersenyum sinis,  
"besok kalau negara sudah tak pakai ojek. Kau baru kukasihani!"

Kakiku merapat ke lokalisasi doli yang sering menggejolakkan perut geli
" Oom, mampirlah kemari. Semalam seribu saja". Emak-emak lingsut bergincu merah api menjilat panas hasrat dadaku.
"Iya sayang," kataku.

Aku masuk. Menyelami. Tertusuk duri demi duri. Rupanya rusukku terasa peri
Itu Izrail sudah siap sebuah cemeti

Ah, bangsat!
Sepertinya aku memang setan laknat
Budak hina dari iblis pangkat
Hingga lupa amat berat pikulan amanat

Sudah terlambat
Kini sekarat berat musabab jerat dosa pada umat
Belum sempat ucap taubat.


(Sudah Amat Terlambat Aku Belum Sempat Taubat-BEJ 01/06/14)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar