" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Selasa, 28 Mei 2013

Duo Kumbolo (2-End)


Take my hand tonight
We can run so far
We can change the world, do anything we want!
We can stop for hours
Just staring at the stars
They shine down to show us…

            Ternyata matahari segera beranjak dan senja pun mulai membungkus kami.Ranu Kumbolo menjadi lebih damai dengan sura-suara garengpung dan hewan malam lainnya yang siap memulai choir nya malam ini.Sesuatu eh  bahkan ternyata seseorang atau mungkin malah beberapa yang mengamati saya tadi berhasil terekam jelas profilnya meski penglihatan saya samar-samar. Ingin tahu siapa mereka?
            Taraaaa! Ternyata mereka bukanlah makhluk halus seperti yang saya harapkan sebelumnya. Padahal dalam hati tadi, saya mengharap akan memperoleh unforgettable experience yang ‘wow’. Tak apalah, bertemu dengan teman lama pun akan lebih mengesankan daripada bercanda dengan penghuni dari dimensi lain.Tiga teman sekolah saya kloningan alien dan monster yang bergenre laki-laki ini ternyata sudah sampai di TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) kemarin (Jum, 170513) dan telah sampai di puncak Mahameru tadi pagi.Seru sekali (sepertinya) cerita yang mereka tuturkan kepada kami selepas saya menunaikan ibadah senja.Baiklah, setelah kami mengobrol ngalor-ngidul akhirnya mereka memutuskan untuk kembali ke tenda mereka di pinggiran danau Kumbolo ini.

            Sekitar pukul 20:00 suasana di sekitar Ranu Kumbolo mulai terlihat tenang. Para pendaki mulai memasuki rumah-rumah keong mereka dan bersiap terlelap dalam bungkusan hangat sleeping bag.Mas-mas PMS tampaknya juga sudah mulai pada jatuh bergelimpangan, suara mereka hanya sayup-sayup terdengar dari jarak tenda kami. Hal itu wajar sekali, mengingat trekking yang kami lakukan tadi siang cukup memakan banyak tenaga. Di saat yang bersamaan, kami berdua baru saja akan memasak logistik untuk makan malam sekaligus untuk menghangatkan badan.

You know when the sun forgets to shine
I’ll be there to hold you through the night
We’ll be running so fast we can fly, tonight..
And even when we’re miles and miles apart
You’re still holding all of my heart
I promise it will never be dark
I know we’re inseparable!

            Saya dan teman saya memilih untuk membiarkan udara dingin malam ini menguarkan rasa lelah dan kecewa kami.Entah inikah yang dinamakan kecewa tak beralasan? Kami berdua tersenyum getir, entah sebenarnya apa yang sedang kami pikirkan dalam benak. Yang jelas, kami berdua sama-sama bernostalgia kala pertama kali menginjakkan kaki di tempat ini. Tawa hangat bersama sahabat-sahabat kami, selimut buluk yang menghangatkan banyak kaki, roti sisir matahari yang rasanya legit sekali, semangkuk super bubur hangat, segelas susu milo panas, guyonan klise yang terdengar konyol, dan masih banyak lagi kenangan yang membuat kami menerawang jauh. Kami sudah sampai di muara rindu ini namun, kami tak mendapatkan oknum-oknum pencipta rindu tersebut.

            Mari beranjak dari suasana yang kurang mengenakkan ini.Malam ini menu makan malam kami adalah, nasi-indomie soto-nugget-dan milo panas.Di tengah kami menunggu air mendidih, tiba-tiba sesosok tubuh jangkung datang ke arah kami. Bukan genderuwo atau semacamnya, jangan bersuudzon dulu! Hahaha.Ternyata seorang anggota PMS belum berminat untuk istirahat lebih dini malam ini. Seorang mas tersebut akhirnya mengajak kami menikmati malam di alam terbuka ini dengan mengobrol kesana-kemari tentang banyak hal. Sesekali kami berdiskusi menanggapi satu masalah yang sedang nge-in sesekali kami tertawa mendengar penuturan yang terdengar lucu.Nice talking with him! Feels like a family. 

          Melihat langit murung dan tak menampakkan bintik-bintik berkilaunya dan udara semakin menggigil sejam kemudian kami memutuskan untuk menyudahi perbincangan kami.Perkiraan kami suhu saat ini 12ยบ.Cukup membuat pori-pori membesar.Masuk ke tenda bukan berarti kami bisa langsung melalang buana ke negeri mimpi. Kami berdua bermuhasabah terhadap apa yang telah kami lakukan sepanjang hari ini. Mulai dari keberangkatan hingga tapak kehadiran kami saat ini. Hanya Dia Yang Maha Bisa membuat kami dua perempuan sampai di tanah ketinggian 2400 Mdpl ini. Meski kami sedikit belum bisa mempercayainya, kami mulai menutup mata perlahan-lahan menanti sunrise yang akan menyembul dari belahan bukit Ranu Kumbolo.

Biduan Pagi Ranu Kumbolo
            Pukul 04.15, kami bangun meski sedikit kesiangan. Mendengar suara dari tenda para PMS sudah ramai. Dengan sedikit mengigil kami memberanikan diri untuk keluar tenda.Ternyata langit berubah pikiran pagi ini, bintang tumpah ruah di langit utara. Segera kami bergegas mengeluarkan Niken, sahabat baru kami dalam perjalanan dolen yang akan mengabadikan setiap momen kami. Si Niken yang kedinginan ternyata membuat kami agak tidak berkutik dalam mengambil gambar bintang-bintang tersebut.Beberapa kali kami ubah setting manualnya tetap tidak sesuai harapan kami. Hingga pada puncaknya, bintang-bintang itu memilih pulang dan kami hanya mendapatkan gambarnya yang kurang memuaskan seperti ketombe.Ya sudahlah, biarkan saja.

            “Pagi semua! Gimana tidurnya, nyenyak?” sapa gurau salah seorang anggota boyband keren tetangga sebelah kami.Kami tersenyum melihat raut ceria itu di awal hari ini. Sementara di depan sana, sang mentari mulai mengintip-intip. Bak papparazi para fotografer sudah mulai beraksi mengeluarkan senjata pamungkas mereka. Jepret sana…jepret sini, ciat..ciat…! sang biduan pagi pun tak nampak malu meladeninya. Semakin lama siluet yang dihasilkan oleh pantulan matahari semakin jelas.Semakin hangat pula tubuh kami bisa merasakannya.

            Puas berfoto dengan berbagai macam pose, kami bergegas membereskan tenda dan menyiapkan sarapan. Sepertinya partner boyband  kami sudah matang sejak tadi pagi sekali. Kami berdua pun capcus menyusul keberhasilan mereka.Tak lama saat kami memasak untuk makan pagi ini, seorang anggota boyband tersebut datang menyambangi kami namun kali ini bukan yang semalam.Nampaknya dia adalah tetua dari PMS.

Sambil menyiapkan segala sesuatu, kami mengobrol ringan untuk mengusir bosan. “Mas, bawa aja nih beras kita. Kebanyakan kita bawa kemarin, sekilo! Hahaha ” kata saya sambil menyodorkan botol Tupperware 1 lt yang berisi beras hampir penuh. “Banyaknya kalian bawa beras! Untuk dua orang-semalam nih bawanya sekilo?” Tanya mas ini heran. “Hahaha, iya mas. Kita kurang peritungan masalah logistik.Asal bawa gitu aja.Bawa aja ya? Pliss, biar kita pulangnya nggak berat lagipula, mas dan kawan-kawan kan masih mau muncak. Kali aja kelaperan hayo pas turun besok!” sedikit memasang wajah memelas akhirnya berhasil membuat mas di hadapan kami setuju untuk membawanya ke tenda.

Tak lama kemudian mas si tetua  tadi datang kembali meminjam nesting kosong. “Ada nesting nggak dipake nggak, dek?” tanyanya.“Kayaknya mau dipake semua deh, mas” jawab teman saya.“Bentar aja deh, minjem” mas-mas tersebut kekeuh.“Ini deh pake aja!” akhirnya teman saya menyerahkan nesting berharganya. Selang waktu 5 menit, mas itu datang lagi. Ingin tahu apa yang ia lakukan? Mengembalikan nesting berisi nasi full! OMG, apa-apaan ini maksudnya?Setelah sebelumnya semalam saat kami baru saja mendirikan tenda salah seorang dari mereka meminjam gelas dan tak lama kemudian mengembalikannya dengan isi wedang jahe.Ckckck. Setelah semua kehangatan dan kebersamaan singkat yang tersaji, setelah ini kami harus rela merasa kehilangan keluarga baru kami. (Boleh kan saya sebut keberadaan kami ini dengan keluarga? Toh, keluarga bisa saja tercecer dimana-mana.Keluarga yang menganggap keberadaan kita lebih berharga daripada rasa egois sekecil apapun yang tumbuh di hati).

Sempat terbesit dalam pikiran saya bahwa, tak selamanya yang jauh menjadi dingin begitu pula tak kan bertahan yang dekat selalu hangat. Kesimpulannya, hanya matahari yang mampu menghangatkan bumi dan isinya dengan tulus.Hanya alam yang selalu jujur terhadap semua reaksinya.Dan hanya manusia yang sering mempermainkan kehangatan dan rasa jujur kemudian menjadikannya sebuah topeng kemunafikan yang semakin tebal.Selanjutnya?Silakan, anda refleksikan sendiri.

Sarapan..sarapan...!
Pukul 08:30 sempurna kami sarapan dengan menu yang cukup banyak. Nasi-capcay (yang sedikit keasinan)-ikan sarden-sambal teri-dan susu milo panas. Segera kami isi perut kami dengan kecepatan sonic, karena setelah ini kami akan berfoto ria. Foto bersama pelepasan dan penutupan acara konser kami, PMS dan Duo Kumbolo. Pukul 09.00 tepat setelah berpamitan, kami resmi melepas kepergian PMS yang akan melanjutkan perjalanan naik dan sebaliknya dengan kami yang akan segera turun untuk menyambut aktifitas semula.
Duo Kumbolo ft PMS


Sebelumnya kami sempat berpikiran untuk mengambil pose sedikit di savanna Semeru yang sedang bagus-bagusnya memamerkan bunga-bunga ungu semacam lavender. Dan ternyata ide kami ini disambut hangat oleh para PMS, mereka bilang akan menunggu kami di sana jika kami tidak terlalu lama. Beberapa saat sempat juga kami menolak, karena khawatir packing kami akan memakan waktu lama dan membuat mereka menunggu lama pula. Namun, apa salahnya mencoba membunuh waktu.

Savanna bersama PMS
Empat puluh menit kemudian kami tiba di padang bunga ungu, tepat dibalik tanjakan cinta yang fenomenal itu. Benar saja, ternyata beberapa anggota PMS masih setia menunggu kedatangan kami.Sebentar saja kami berpose diantara bunga-bunga yang tumbuh tinggi tersebut, kemudian kami benar-benar pamit pada PMS untuk selamanya. “Beneran nih, nggak ikutan naik?” Tanya salah seorang dari mereka. “Haha, enggak deh mas. Kita masih harus sekolah hari Senin.Maklum, belum resmi lulus.Hahaha”. “Ok lah, ati-ati sampe bawah ya! Kalau ada waktu sambung kontak”, ujar mereka. “Sip lah mas! Kalau udah nyampe puncak lambaikan tangan ya, ntar kita lambai balik!” gurau kami menutup perjumpaan kali ini.

Pukul 10.00 saat matahari Semeru sedang terlihat bahagia dengan membagi-bagikan panasnya, kami menuruni bukit-bukit ini berlima.Kali ini dengan komposisi yang berbeda.Duo Kumbolo featuring Happy Three Friends.Hahaha.Sebenarnya wajah teman-teman kami ini cukup bisa dibilang unyu namun siapapun yang berhadapan dengan mereka terutama anak balita pasti menangis histeris jika mereka sudah berbicara.Mereka memiliki kekuatan rasengan milik Naruto yang bisa mengalahkan siapa saja. -_-

Cukup..cukup..bercandanya. Kami berjalan dengan speed  yang lumayan tinggi. Total waktu yang kami habiskan untuk perjalanan turun adalah 2,5 jam padahal saat berangkat kami membutuhkan waktu 4 jam hingga sampai lokasi.Pukul 12.30 kami telah bisa melapor ke kantor perizinan kembali bahwa kami telah sampai dari pendakian dengan selamat. Namun, lagi-lagi sepertinya khusus untuk Duo Kumbolo dan lebih khusus lagi untuk saya yang sangat bermasalah dengan kantor perizinan. Masalah kami kali ini adalah, kelupaan meletakan surat izin pendakian dimana. Sebenarnya yang menyimpan amplop cokelat berisi surat-surat izin itu.Tapi kali ini saya benar-benar lupa meletakkannya dimana, samar-samar ingat sepertinya amplop itu sudah saya buang karena basah kehujanan kemarin. Setengah kebingungan dan hampir membongkar isi carrier saya, ternyata sang pimpinan Happy Three Friends yang berhati malaikat ini bersedia mencarikan nomor pendakian kami. Setelah semua beres, kami pun berpisah sesuai kedatangan awal. Mereka bertiga yang berbaik hati untuk mengawal perjalanan pulang kami ternyata mengendarai sepeda motor.Dan kami tetap setia pada kendaraan gagah kami, truk sayur! Hahaha.

Sembari menunggu pendaki yang lain berkumpul, kami berdua mencari pengganjal perut di warung sekitar Ranu Pane. Akhirnya feeling kami tertuju pada satu warung yang menyediakan nasi rawon! Hahaha.Sejak sebelum mendaki kemarin, kami sudah mengazamkan untuk makan rawon di desa Ranu Pane ini.Pasti suasananya berbeda, hangat dan damai.

Jadilah, kami berdua memesan pesanan kami. Yakni nasi rawon, kopi susu, dan beberapa gorengan. Tabiat orang desa yang seolah sudah kenal lama dengan para pendatang seperti kami, membuat kami betah berlama-lama duduk di warung tersebut.Seorang ibu muda menghampiri kami dan menanyakan kabar kemudian serta merta menyuruh kamimampir ke rumah beliau.Mengajak ngobrol banyak sekali. Kepolosan dan ketulusan nada bicaranya membuat saya salut akan itu. Mengisyaratkan bahwa tak ada yang perlu ditutup-tutupi di sini, silakan lepas semua!

Beberapa kali kami tertawa mendengar penuturannya beberapa kali serius mendengar kabar yang belum pernah kami dengar dari sumber mana pun sebelumnya. Salah satunya adalah festival selamat desa atau yang kerap warga sana sebut dengan Unen-unen yang diadakan sewindu sekali. Festival tersebut merupakan peringatan yang akan diselenggarakan pada bulan (apa saya juga lupa namanya) menurut penanggalan jawa, secara jelasnya mungkin festival itu akan diadakan pada bulan Juli atau Agustus ini. Macam-macam kegiatan yang akan diadakan oleh warga salah duanya adalah penyembelihan hewan ternak dan karawitan semalam suntuk. Kami yang penasaran dengan festival tersebut segera menukar kontak dengan ibu ini, siapa tahu bisa tukar kabar dan informasi. Malah bersyukurnya, kami mendapat jaminan tempat tinggal selama kami bertandang ke desa Pane lagi nantinya. Keluarga baru lagi, ya Allah terimakasih!

Pukul 13.45 kami sempurna duduk di depan di samping pak sopir berharap bisa segera sampai di Tumpang dengan selamat. Sedangkan bak belakang berisi pendaki laki-laki yang juga kelihatan sama lelahnya dengan kami. Sepanjang perjalanan pulang kami habiskan dengan mengenang apa saja yang telah kami lewati berdua dan sisanya dalam hening karena respon tubuh yang terlalu lelah. Inilah akhir kisah kami berdua dalam petualangan mendapat banyak keluarga baru dan yang pasti banyak pelajaran berharga.

Terimakasih untuk segenap jajaran oknum di belakang layar yang ikut membantu menyukseskan petualangan kami kali ini.Terimakasih Maroon 5 dan Jonas Brothers untuk original soundtrack kali ini. Terimakasih Ayah-Mama atas rasa khawatir atas perhatian dan kasih sayang yang melimpah itu.Terimakasih untuk Sinta atas rasa khawatir yang tak berujung pada kami berdua yang sedikit nakal.Terimakasih oom atas kompor, tenda, dan motivasinya.Terimakasih bunda untuk sambel teri, tempe bacem, dan doanya. Terimaksih pak Laman beserta ibu atas tumpangannya. Terimakasih Ungkal dan Ko untuk tas kulkas kalian yang sangat membantu. Terimakasih banyak Happy Three Friends atas kesabaran dan ketelatenannya. Terimakasih Mas-mas PMS untuk pertemanan dan kekeluargaannya. Terimakasih nasi Rawon dan bu Fath atas Lombok terong dan calon tumpangan penginapan kami. Dan banyak terimakasihlain yang tidak bisa saya lantunkan satu persatu. Hanya doa yang akan saya panjatkan semoga Dia membalas semua kebaikan anda dimana pun dan kapan pun. Tentunya a big thanks and a warm hug for dearest Srikandi, terimakasih untuk petualangan tak terlupakan yang akan selalu menjadi kisah klasik untuk dikenang.

We could run forever if you wanted to
I would not get tired
Because I’d be with you
I’d keep singing this song
Until the very end
We’d have done all these things…
(Jonas Brothers-Inseparable)

B.E.J
26 Mei 2013, 02:53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar