Ada angin dingin yang mengelus lembut di pipi
Ada gerimis ramai yang menyerbu jatuh ke bumi
Ada kau, aku, dia
Hanya kita
Pada
sepatu boot karet yang
kokoh menjejak ladang perbukitan
Pada
kain sarung yang terselempang sembarang di leher
pemiliknya
Padamu
alang-alang, padamu aral, padamu asa
Padamu
hujan, padamu hutan, padamu hidup
Aku
padaMu!
Hari itu kita masih sibuk bercekcok
Tentang beban di punggung yang seberat dosa
Saat kita mulai berhenti terkekeh
Menertawakan carut-marut tanah khatulistiwa
Sambil sibuk menekankan jari pada cokelat beku
Saat itu yang
terlampau itu!
Hingga
pada klimaksnya
Kita
berjalan terpisah
Di
jalan setapak yang menuntun kita
Untuk
kembali mencumbu sejuknya embun
Yang
jatuh pada dahan cemara Oro-oro Ombo
Pada saatnya nanti
Kita kembali bertemu
Terdiam hikmat menikmati sembulan jingga
Matahari satu
Matahari yang
muncul dari belahan bukit Ranu Kumbolo
Ada
kalanya kawan menjadi lawan
Ada
saatnya dekat semakin menjauh
Tapi
itu tidak berlaku untuk kita
Kita
yang pernah ada, bersama
Meski
tak selamanya
Ingatkah kau pesan
Gie,
“Kita tidak pernah menanamkan apa-apa
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa”
Untuk
itu, tetaplah berbahagia
Meski
kebobrokan sering merubah nuansa
Untuk
itu, tetaplah berpijak
Meski
kepalsuan memburamkan cakrawala
Tak lama lagi ya takkan lama lagi
Akan datang peri hutan
Membawa sejumput rotan
Rotan suci untuk sebuah misi suci
Untuk
Alam beserta seluruh simfoni
Untuk
kita
Untukku
Untukmu.
Malang,
21-05-2013
B.E.J
/ 11:35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar