Masih ditemani
dengan botol air minum setinggi 30 cm, saya berusaha menetralisir zat-zat
makanan yang masuk pencernaan malam ini. Belakangan hari ini perut saya
dijejali bermacam-macam makanan. Mulai dari makanan yang seringan kapas hingga
makanan yang seberat beton. Hahaha.
Ungkapan yang
sedikit berlebihan memang, tapi begitulah adanya. Beberapa hari ini saya merasa
sangat bersemangat apalagi dengan kehadiran tim yang baru saja kami bentuk. Beranggotakan
enam orang, kami para calon novelis membentuk tim kecil sesuai dengan
kesepakatan dan ketentuan organisasi agar dapat naik jenjang.
Bagi saya pribadi,
kehadiran tim ini memberi warna baru dalam hari-hari saya. Kami berenam yang
terkomposisi dari dua lelaki dan empat perempuan bukan hanya berdiskusi soal
naskah yang harus kami selesaikan, kami juga merancang bagaimana agar kami
berenam bisa menerbitkan semua naskah kami dengan bantuan manajer dan pihak
sponsor.
Kami juga
melakukan brainstorming serta banyak mendiskusikan bagaimana baiknya
naskah dan kemaslahatan tim ini. Sebab kebijakan dari para senior, jika salah
satu anggota tim kami tidak berhasil mencapai target akhir yakni, menghasilkan
novel hingga terlihat wujudnya maka, kami satu tim akan gagal untuk dapat
rekomendasi kenaikan jenjang.
Beberapa kali
pertemuan hingga tengah malam ditemani dengan diskusi renyah dan bervariasi
cemilan dan makanan berat membuat kami sering lupa waktu. Jika saja, tidak
ingat ada anak istri papi mami pakde bude paklik bulik atau kakek nenek di rumah, pasti
para anggota tim ini betah berlama-lama ngetem di rumah saya yang telah
dideklarasikan menjadi basecamp darurat.
Ya, kami beri nama
tim ini NoBeL: (from) Nothing Becomes Lasting. Sebab hakikat kami
menulis adalah mengabadikan sesuatu yang tak berwujud (tidak ada) menjadi
sesuatu yang nyata hingga dapat dinikmati tanpa masa (abadi).
Maka, dengan tempelan sticky note di sana-sini, reng-rengan
jadwal di white board, dan deadline yang tersusun rapi di schedule
time telah mengikat kami untuk saling menguatkan satu sama lain agar
berkarya dan menebar manfaat bagi jagat raya. Banyak sekali hal yang harus kami kerjakan dalam waktu dekat ini.
“.... Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal.”
(TQS. Ali Imran: 159)
Kami sedang berusaha ya Rabb, hasil akhir kami serahkan pada-Mu. Biarlah
Kau yang tentukan.
***
Kita menulis, sebab akan kita abadikan apa yang tak tersampaikan sekalipun
oleh hembus angin sejuk selepas rintik hujan terakhir malam ini.
Sungguh dengan menulis, aku merasa tak ada jarak yang terlampau
jauh untuk ditempuh dan tak hadir waktu yang terlalu lama untuk ditunggu.
Apa kau juga merasakan hal yang sama, Sayang?
Betah ko. Apalagi ada Cici..hehe
BalasHapus