" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Senin, 10 November 2014

(from) Nothing Becomes Lasting


            Masih ditemani dengan botol air minum setinggi 30 cm, saya berusaha menetralisir zat-zat makanan yang masuk pencernaan malam ini. Belakangan hari ini perut saya dijejali bermacam-macam makanan. Mulai dari makanan yang seringan kapas hingga makanan yang seberat beton. Hahaha.

            Ungkapan yang sedikit berlebihan memang, tapi begitulah adanya. Beberapa hari ini saya merasa sangat bersemangat apalagi dengan kehadiran tim yang baru saja kami bentuk. Beranggotakan enam orang, kami para calon novelis membentuk tim kecil sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan organisasi agar dapat naik jenjang.

            Bagi saya pribadi, kehadiran tim ini memberi warna baru dalam hari-hari saya. Kami berenam yang terkomposisi dari dua lelaki dan empat perempuan bukan hanya berdiskusi soal naskah yang harus kami selesaikan, kami juga merancang bagaimana agar kami berenam bisa menerbitkan semua naskah kami dengan bantuan manajer dan pihak sponsor.

            Kami juga melakukan brainstorming serta banyak mendiskusikan bagaimana baiknya naskah dan kemaslahatan tim ini. Sebab kebijakan dari para senior, jika salah satu anggota tim kami tidak berhasil mencapai target akhir yakni, menghasilkan novel hingga terlihat wujudnya maka, kami satu tim akan gagal untuk dapat rekomendasi kenaikan jenjang.

            Beberapa kali pertemuan hingga tengah malam ditemani dengan diskusi renyah dan bervariasi cemilan dan makanan berat membuat kami sering lupa waktu. Jika saja, tidak ingat ada anak istri  papi mami pakde bude paklik bulik atau kakek nenek di rumah, pasti para anggota tim ini betah berlama-lama ngetem di rumah saya yang telah dideklarasikan menjadi basecamp darurat.

            Ya, kami beri nama tim ini NoBeL: (from) Nothing Becomes Lasting. Sebab hakikat kami menulis adalah mengabadikan sesuatu yang tak berwujud (tidak ada) menjadi sesuatu yang nyata hingga dapat dinikmati tanpa masa (abadi).


Maka, dengan tempelan sticky note di sana-sini, reng-rengan jadwal di white board, dan deadline yang tersusun rapi di schedule time telah mengikat kami untuk saling menguatkan satu sama lain agar berkarya dan menebar manfaat bagi jagat raya. Banyak sekali hal yang harus kami kerjakan dalam waktu dekat ini. 

“.... Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal.” (TQS. Ali Imran: 159)

Kami sedang berusaha ya Rabb, hasil akhir kami serahkan pada-Mu. Biarlah Kau yang tentukan.

***

Kita menulis, sebab akan kita abadikan apa yang tak tersampaikan sekalipun oleh hembus angin sejuk selepas rintik hujan terakhir malam ini.

Sungguh dengan menulis, aku merasa tak ada jarak yang terlampau jauh untuk ditempuh dan tak hadir waktu yang terlalu lama untuk ditunggu. 

Apa kau juga merasakan hal yang sama, Sayang?


1 komentar: