Sebelumku
terpejam
Lampu
tampak termaram
Kerinduan
yang datang
Usik
jiwa yang tenang
Hidup
terlalu singkat untuk tak berbuat
Hidup
terlalu indah untuk tak berubah
Mataku
pun terbuka
Dan
jiwa pun bicara
Hidup
terlalu singkat untuk tak berbuat
Hidup
terlalu indah untuk tak berubah
Yang
kusebut Sayang kau tak menghilang
Ketika
sedang sepi
Yang
kusebut Sayang mengisi ruang
Hati
yang sedang sunyi
Kerinduan
yang datang
Susah
tuk dielakkan
Hidup
terlalu singkat untuk tak berbuat
Hidup
terlalu indah untuk tak berubah
Yang
kusebut Sayang kau tak menghilang
Ketika
sedang sepi
Yang
kusebut Sayang mengisi ruang
Hati
yang sedang sunyi
(Yang Kusebut Sayang-Letto)
***
Ini hari kedua setelah bersua dengannya. Tak ada yang salah, bahkan tidak pantas menyandarkan kesalahan pada sebuah kata: menunggu. Ritme tidur saya jadi tak beraturan. Entah, efek tidur terlalu awal atau mengingat-ingat wejangan sahabatnya tadi pagi. Setelah membuka kotak email malam ini, saya jadi sadar (mungkin agak terlambat).
"Kala kau berjalan dengan seseorang maka, kau harus mengimbanginya. Tertinggal atau meninggalkan. Hanya itu pilihanmu jika kau tak sanggup mewujudkannya. Pilihan yang sulit memang, tapi bukankah surga dan neraka juga kita yang memilih sebelum ada campur tangan Tuhan?"
Baiklah, setidaknya bertemu dengan wanita itu mampu membuat saya mendekat beberapa jengkal dari jarak ini. Ingat, ini bukan kisah cinta! Tapi boleh disebut ini roman perjuangan.
***
Sayang, aku sering sekali membuatmu bingung sebab fluktuasi emosiku yang jarang mau sedamai sungaimu. Maka, maafkan aku jika kali ini kulakukan itu lagi. Bahkan, hingga butiran huruf ini berdempetan rapi, pasti kau bertanya-tanya: ada apa sebenarnya?
Lantas, akan kuberi jawaban dengan pertanyaan pula.
Sudahkah kuberi tahu bahwa betapa beruntungnya kumilikimu?
maka jawabmu adalah jawaban pula atas pertanyaanmu.
03 November 2014: 02.44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar