" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Selasa, 18 November 2014

Konpeito

Untuk Nona senyum beku yang (semoga) segera melumer...

Kau tahu, Nona?

Masalah itu hanyalah pengulangan dari jemu kebaikan. Kau akan terkungkung selamanya jika kau mengulangnya selalu dan selalu. Barangkali, sekali saja kau boleh mencoba berangkat agak siang saat jalanan mulai lengang dan matahari sedikit lebih terik dari sinar biasanya di jam tanganmu. Bisa jadi, kemurtadanmu dari taat jadwal setiap hari akan membawamu pada kelegaan yang lebih plong.

 Ini bukan masalahmu atau dia, apalagi tentang aku. Ini hanya masalah pengulangan, Nona. Sebab kau selalu menghindar saat hidupmu yang serba sistematis itu mulai melenceng. Padahal, di situlah seni hidup dimulai. 

Sebentar, Nona. Coba selami lagi apa yang selama ini kau khawatirkan? Atau sebenarnya tidak ada rasa khawatir, kau hanya tidak mau mengambil risiko kecewa dan mengecewakan. Karena selama ini kau anggap mereka menganggapmu sebagai jantung hati. Itulah, mengapa hidupmu tak lain hanya sebuah beban. Menyandarkan sesuatu yang memberatkan langkahmu sendiri.

Nona, sampai kapan kau akan gamang meninju congkak waktu? 


Jika jawabanmu adalah kapan-kapan, maka bersiaplah sebentar lagi kau akan sesak napas diinjak-injak rombongan detik. Tapi, jika saja kau jawab dengan lantang inilah saat terakhirmu menjadi kapas. Sudah saatnya berhenti mengambai-ambai dipermainkan hembus masa. Maka ada satu hal yang harus kau pahami, sebelum kemudian memutuskan untuk bermetamorfosis menjadi wujud baru.

Hidup ini laksana konpeito. Dalam setoples akan banyak macam gula-gula permen yang berwujud sama. Tapi, telitilah Nona. Tidak semua zat gula menghasilkan manis yang sama. Bisa jadi saat kau mengambil permen warna kuning itu, kau akan batuk-batuk lantaran ia terbuat dari obat gula. Entah aspartam, sakarin, atau sukralosa. Yang jelas, sejak awal produksi permen itu memang dibuat bervariasi rasa dalam bentuk yang sama lalu ditempatkan dalam satu wadah. Kadang-kadang ada pula yang tak berasa apapun. Hambar.


Ingatlah, Nona. Semua masalah itu pada dasarnya konpeito. Berbentuk sama. Hanya saja bagaimana kau menghadapinya, itulah rasa yang akan kau kecap. Semoga setelah ini kau tidak lagi merutuki kesialan hidupmu yang serba sempurna itu. 

Konpeito  (doc.Google)

Sebab adakalanya konpeito dimaknai sebagai thank you for coming. Begitu pula, masalah. Ia hadir untuk mengingatkan betapa beruntungnya kau sudah mampir datang dalam kehidupan ini. 


Konpeito, B.E.J 
(18/11/14)
23:27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar