" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Minggu, 16 November 2014

7 Points of Synopsis

Ada jasa penulisan sinopsis gak sih, Mbak Ai?”

            Demi apapun! Ini sudah kali keempat saya revisi sinopsis novel sendiri. Sedikit putus asa memang, sampai tercetus pertanyaan di atas. Bagaimana bisa saya menulis berlembar-lembar halaman karangan sendiri saja bisa tetapi meringkasnya dalam maksimal tiga halaman saja kocar-kacir. Ckckck...

       Hari itu saya seharian penuh mengekor sang mentor untuk menemaninya menyelesaikan beberapa urusan. Kami menandaskan satu hari bersama dan bagian yang paling saya gemari adalah pembantaian sinopsis yang lima jam saya tulis. Bayangkan saja untuk menulis sinopsis 3 halaman saya membutuhkan lima jam, sedang untuk menulis cerpen 8-12 halaman saya bisa menghabiskan tiga jam saja. Rupanya ini yang sering mentor saya sebut penyakit novelis. Saat penulis sudah biasa menulis panjang, pasti suatu waktu ia akan kesulitan untuk menulis karangan pendek. 

          Yang perlu dipahami, sinopsis di sini bukanlah cuplikan cerita yang ada di belakang cover buku. Sebab serinngkali kita salah menyebutnya sebagai sinopsis, padahal itu blurb. Blurb ditulis oleh pihak penerbitan dengan bahasa yang menarik dan menimbulkan penasaran calon pembacanya bertujuan untuk promosi. Sedangkan sinopsis adalah ringkasan cerita dari naskah novel atau karangan kita yang penulis buat ditujukan untuk mempromosikannya pada editor atau rumah produksi. 

            Alhasil malam ini bagaimana pun, dengan sekuat tenaga saya menyingsingkan lengan untuk membenahi sinopsis yang harus diselesaikan ini. Sebab sinopsislah yang menjadi salah satu faktor lolos tidaknya naskah kita dalam seleksi editor penerbitan atau rumah produksi. Semakin menarik sinopsis yang kita buat, semakin mudah kita menembus penerbitan. Sebaliknya jika sinopsis dianggap kurang mampu memikat editor, maka sebaik apapun naskah eksekusi kita tidak akan lolos penerbitan.

            Setidaknya ada 7 komponen yang mentor wejangkan untuk mempermudah menyusun sinopsis yang sering dikoarkan sebagai pemikat editor sebuah penerbitan:

Pertama, Siapa tokoh utama cerita? Agar menarik, kita bisa menambahkan sedikit karakter dari si tokoh utama. Mulai dari parasnya, cara ia berjalan atau cara ia bersikap, sehingga saat kita membicarakan si tokoh utama, maka akan terbangun karakter dari tokoh utama.

Sebagai contohnya, dalam fanfic The Invention of Hugo Cabret – Brian Selznick.

Tokoh Hugo, anak kecil yang berusia 12 tahun, memiliki rambut ikal, mata berbinar, suka mencuri makanan, dan sangat ahli dalam memperbaiki dan merawat mesin-mesin terutama jam dinding di stasiun kereta api di kota Paris. (The Invention of Hugo Cabret – Brian Selznick).

            Kedua, Apa yang dihadapi oleh tokoh utama? Atau apa keinginan, masalah yang dihadapi oleh tokoh utama? Terkadang masalah atau keinginan yang dialami oleh si tokoh utama sangat sederhana saja, mungkin bisa karena permasalahan percaya diri karena memiliki tubuh yang pendek (dalam cerita remaja) atau masalah-masalah yang rumit lainnya. Sinopsis yang baik harus mampu menghadirkan premis ini, dan mampu menjawab apa masalah yang dihadapi si tokoh utama.

            Sebagai contoh masalah yang dihadapi oleh tokoh Humbert Humbert dalam Lolita, sebuah novel Vladimir Nabokov berceritakan tentang Humbert seorang professor yang terobsesi pada gadis remaja yang bernama Dolores Haze- sang Lolita, gadis remaja yang mengingatkannya pada kekasih di masa ia remaja, yang bernama Annabelle.

            Ketiga, Siapa yang menghalangi si tokoh utama dalam menyelesaikan masalahnya atau mencapai keinginannya? Dalam sebuah sinopsis juga harus menyelipkan seorang tokoh antagonis yang berhadapan langsung dengan si tokoh utama. Tokoh antagonis ini tak selalu harus menjadi musuh utama seperti dalam film action, tapi seseorang yang menghalangi tujuan atau keinginan dari si tokoh utama pun bisa dikatakan seorang tokoh antagonis. Tanpa adanya si tokoh antagonis ini sinopsis akan terasa datar-datar saja.

            Contohnya bisa dilihat dalam Film The Vow, sebuah film besutan dari sutradara Michael Sucsy, bagaimana peran orang tua Paige untuk memisahkan Paige yang sudah menikah dengan Leo.

            Keempat, Bagaimana si tokoh utama mencapai keinginannya, atau menyelesaikan masalahnya. Ini merupakan point penting dalam sebuah sinopsis, jika dipaparkan dengan cara yang unik, bisa dipastikan akan menarik untuk dibaca.

            Misal saja, tokoh Humbert (Lolita, Vladimir Nabokov) agar bisa mendekati Lolita, maka ia menikah dengan Ibu Lolita, begitu ibu dari gadis itu meninggal dunia, maka ia bisa leluasa membawa Lolita jalan-jalan mengelilingi Amerika Serikat selayaknya sepasang kekasih.

            Kelima, bagaimana perubahan dari si tokoh utama dalam menyelesaikan masalahnya? Bagian ini bisa ditampilkan sedikit atau secara umum saja dalam sebuah sinopsis, bagaimana proses jatuh bangun si tokoh utama, sehingga mampu menciptakan dramatisasi yang sangat menarik dan membuat editor penasaran.

            Keenam, Apa pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita? Dalam hal ini bisa disisipi dalam sebuah sinopsis, menurut saya sebuah cerita ada baiknya memiliki misi dan pesan bagi pembacanya, begitu juga perlu menghadirkan pesan dalam sebuah sinopsis, bukan harus pesan tertulis seperti dalam teks book, namun pesan tersebut berbaur dalam alur cerita dalam sinopsis cerita.

            Ketujuh, Bagaimana gaya penulisan dan cara tutur penulis. Ini menjadi point terakhir, akan berjalan seiring waktu ketika penulis sudah memulai menulis cerita dalam sinopsisnya. (Aida MA).”

            Saya kira beberapa poin di atas dapat diterapkan dengan mudah jika kita membuat skema terlebih dahulu. So, what are We waitin’ for? Yuk, segera susun sinopsismu dan pikat editor impianmu.  

            Enjoy Writing! 

16 November 2014

B.E.J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar