" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Selasa, 28 Oktober 2014

Hati-hati dengan Hati

Seringkali ketika saya tidak mampu menahan emosi negatif, pelarian terakhirnya adalah tidur! Entah itu lelah, marah, kecewa, sedih, benci, kalut, dan kacau, tidur selalu bisa mengendurkan syaraf-syaraf yang tegang akibat emosi negatif tersebut.

Sama seperti semalam, ketika tetiba bapak dosen mengirim pesan singkat yang isinya tentang ujian dadakan esok pagi. Bukan masalah apa, kami baru menyelesaikan ujian terakhir saat senja turun perlahan dan maghrib menelan bumi.
Oh, Bapak! Kenapa tidak sekalian saja besok selepas Subuh Bapak baru mengabari? Batin saya gemas.

Alhasil amanah sebagai KM pun tetap harus dijalankan, untuk menyebar luaskan informasi penting ini. Tidak sedikit kawan yang tidak terima dengan keputusan dosen yang mendadak ini. Sebab, hari ini memang sudah dipesan oleh mata kuliah lain untuk ujian dengan materinya yang berbuku-buku.

Saya pun mengajak Ri menginap, sebab kasihan dia jika selepas maghrib baru pulang dan dikepung oleh macet jalanan. Bisa-bisa ia mendarat mulus di rumah malam sekali dan hanya tinggal lelah yang ia rasakan. Belajar pun jadi terbengkalai. Akhirnya kami berdua menghabiskan waktu semalaman seperti dua gadis yang melakukan pajamas party, kami habiskan waktu untuk bertukar kisah lalu lama-kelamaan tertidur karena sama-sama kelelahan menghadapi ujian seharian kemarin.

Di awal sepertiga malam, kami terbangun karena mengingat paginya akan menghadapi dua ujian yang luar biasa banyaknya materi yang akan diujikan. Me-review materi belum selesai, kami kelaparan dan mulai mencari-cari sesuatu yang bisa disantap di dini hari. Dua bungkus mie instan rebus pun akhirnya menjadi sasaran nikmat untuk menu makan malam kami.

Malam tadi, dua mangkuk mie rebus, segelas teh tarik panas, dan secangkir kopi panas yang mengepul menjadi saksi obrolan sensistif Ri dan saya, yakni: masalah hati.



***

"Aku masih belum mau serius sama dia. Masih trauma."

"Cie terjebak ruang nostalgia... Hihi...."

"Bukan gitu, kita hanya punya satu hati. Jika itu telah dilukai maka untuk mengobatinya sulit banget."

"Hmm... gitu ya. Jadi analogi hati perempuan cuma ada satu, dan hati laki-laki ada sembilan itu bener?"

"He'em."

"Makanya, hati-hati dengan hati. Karena hati kita hanya sekeping. Sekali tersakiti, mungkin akan sulit untuk kembali."

"Nah, itulah pentingnya bangun di sepertiga malam. Minta sama Yang Membolak-balik Hati untuk menetapkan hati kita pada agama-Nya dan padanya yang Dia tuliskan di Lauh Mahfudz."

***

If you love me like you tell me
Please be careful with my heart
You can take it just don't break it
Or my world will fall apart (Sarah Geronimo)


Hati-hati dengan hati, Sayang. Dimanapun kau berada, hanya itu yang kutitipkan. Semoga hatimu selalu merdeka dan leluasa mencinta. Apapun yang kau rasa, hanya itu yang kubisikkan. Semoga terpautlah hati kita akan luas kasih sayang-Nya. 

Selamat bertugas! Kembalilah dengan hati yang baru, sebab aku tak ragu kau akan bisa membiru (meski butuh waktu). 




28 Oktober 2014; 22:38


Tidak ada komentar:

Posting Komentar