" Wadah Perca-perca Mimpi Sebelum Terburai Melangit " (B.E.J.)

Senin, 20 Oktober 2014

River Flows In You

Tears flowing down my cheek
Tearing me up as I think
Of what could have been

Tidak, kami tidak sedang berseteru atau pun bertengkar. Kami hanya sedang sama-sama memberi waktu pada diri untuk menuntaskan apa yang belum tandas. Juga memberi ruang untuk lebih banyak mendengar nurani tanpa diintervensi emosi. Singkatnya kami sedang berpuasa dan memamah biakkan sabar agar tercipta rindu yang kerap kali memang sudah susah sirna meski sering berjumpa.

Rencana untuk mendepa jarak dan membekukan waktu benar-benar terjadi. Awalnya saya pikir ini adalah permintaan paling egois yang tidak akan dikabulkan. Sebab alasan ini terlalu mengada-ada dan kekanakan. Tapi begitulah adanya, pengguna otak kanan seperti saya ini memang agak payah memfokuskan diri pada urusan lain jika sudah berkutat dengan estetika, cinta, dan hati. Meskipun, banyak yang menyanggah sebenarnya teori pengembangan potensi otak kanan dan kiri adalah hasil bualan para profesor yang memiliki tujuan tertentu. Entahlah.

Jujur saja, saya sulit mengingat tanggal, hari, nama, dan angka. Segala hal yang berbau matematik sepertinya telah lama membuat alergi saya kambuh. Hahaha. Pengguna potensi otak kanan memang payah dalam hal akumulasi angka dan sejarah tertulis, tetapi ia akan mudah mengingat warna, suasana, gaya bicara, gaya berjalan, dan kenangan.

 Itulah mengapa, jika ditanya tanggal berapa kami pertama kali bertemu dan kapan waktu tepatnya, mungkin saya akan mengendikkan bahu. Payah sekali. Tapi coba tolong, tanyakan pada saat kami pertama kali bertemu bagaimana garis mukanya tergambar, bagaimana binar matanya terpancar, apa warna baju yang ia pakai: pasti saya akan jawab dengan mantap! Dan salah satu keuntungan pemaksimalan otak kanan adalah saat ujian bisa dengan mudah menerapkan sistem SKS alias Sistem Kebut Sejam. Apakah Anda mengalami hal yang serupa dengan saya? Baiklah, berarti kita toss dulu! Hahaha.

My Ben and Jerry’s melting
Falling apart like me
Dripping down insinuating

Lagi-lagi tingkat ketidak stabilan emosi saya membuat sempat ragu saat bangun dini hari tadi. Padahal, saya baru tidur kurang dari dua jam. Sebab penghuni rumah malam tadi sedang asyik menguarkan kisah selama dua hari kami tidak bertatap muka. Ada beberapa kesibukan di akhir pekan yang harus kami jalani ditambah sumber air yang bermasalah membuat kami berempat mengungsi sementara.

Seperti kebiasaan penghuni rumah mungil saya biasanya, tiap malam kami selalu membagi apa saja yang telah terlewati hari ini dan apa yang akan dilakukan esok hari. Kami benar-benar menjunjung asas keterbukaan. For us, open and trust is more important than anything. Itu semboyan kami.

Wacana sebulan akan berlari juga sebelumnya sudah saya share pada mereka, dan saya perkuat tadi malam. Mereka mengiyakan dengan mantap dan berjanji akan menguatkan kala saya mulai goyah. Terima kasih Rabb, Kau isi hidup saya dengan orang-orang penuh kasih sayang.

What if things had been different
What if we'd kept it light
What if I could hold you
I wish you'd never lied

            Kita kembali pada pemanfaatan otak kanan. Prof. Makoto Shicida seorang ilmuwan dari Jepang mengatakan bahwa, perkembangan otak kanan itu seperti piramida terbalik seiring bertambahnya usia seseorang. Semakin hari semakin bertambahnya usia, maka perkembangan otak kanan seseorang akan semakin berkurang. Umumnya, otak kanan akan berkembang dan mencapai puncaknya pada usia 0-6 tahun, yang sering disebut-sebut oleh para bunda “golden age”-nya anak.

            Sepertinya Mama melakukan tindakan yang over tepat saat saya berada di golden age. Sebab hingga saat ini, umur saya berlipat tiga dan lebih-lebih setahun beberapa bulan dari usia keemasan anak-anak tersebut, otak kanan saya berkembang dengan luar biasa baik. Saking baiknya, neural circuit membiak tak keruan di otak kanan saya.  

        Kalau saja ada mata kuliah khusus untuk mahasiswa pendaya guna otak kanan yang berhubungan dengan image ability, extrasensory perception, perfect picth, photographic memory, dan banyak hal tentang daya menggambarkan dan mendeskripsikan sesuatu lewat pikiran, gambar, dan persepsi, pasti saya paling unggul. Bukannya sombong, tapi kenyataannya saya suka sekali bermain-main dengan teknik pendeskripsian. Hahaha.

I remember clearly you saying
You and me forever
Though I'm still praying


Hingga suatu hari, permainan otak kanan itu mulai enggan diajak bercengkrama saat saya tidak lagi memberi waktu khusus padanya. Ditambah lagi kekecewaan pada pihak-pihak tertentu, membuat otak kanan saya enggan bekerja saat membuka naskah lama. Beruntung, dia selalu hadir saat saya agak frustasi karena kehilangan ‘sesuatu’ bernama imajinasi karakter itu. Ia selalu bilang, mari bertemu di sepertiga malam. Di antara hening. Biar hati yang bening menengadah kasih-Nya.

Pada akhirnya saya menguatkan diri sendiri, bahwa semua harus diselesaikan. Tidak ada yang setengah-setengah. Semua harus utuh. Sebab, “sesuatu yang kita mulai, harus kita selesaikan! Jika tidak itu akan sia-sia.” Itu wejangan mentor novel saya di hari pertama pertemuan kelas intensif kami.

Ah, rupanya ada hal yang lebih pahit daripada menunggu, yakni menghitung waktu. Apalagi pengguna otak kanan seperti saya ini, paling sebal jika disuruh menghitung. Apapun jenis hitungannya.

Ini impian besar saya. Pencapaian lama yang sudah termaktub dalam benak. Bersyukur, dia pun turut memahami. Sebab saya tahu, ia pun salah satu bagian terpenting dalam impian yang harus diperjuangkan itu.

I wanted it to last so desperately
I lost sight of all else
And it ended so abruptly

“Bekal mereka adalah iman. Perbendaharaan mereka juga iman. Sedang sandaran mereka adalah Allah. Semua bekal selain bekal iman pasti habis. Semua perbendaharaan selain perbendaharaan selain iman juga habis. Sedang setiap sandaran selain sandaran Tuhan bakal roboh.”

Saya ingat kembali perkataan Sayyid Quthub tersebut dalam buku diktat yang beberapa waktu lalu sempat dibaca. Itulah mengapa, saya mulai tenang dan tidak lagi khawatir dengan rentang waktu yang akan membentang. Sebab kami sandarkan impian, cita-cita, dan cinta kami pada Dia, Sang Maha Cinta. Berbekal iman dan berbendaharaan iman pula, semoga kami sanggup menahan dan memperjuangkannya hingga saat yang ditentukan.  

I got dealt a hand
Not in my favor
Not what I had planned
Not what I had hoped for
         
          Ditemani tembang River Flows In You gubahan Yiruma dan Anne Manda, malam ini saya sadar. Mengapa sulit sekali saya berpaling darinya meski sudah tak nampak di pandangan. Sebab dalam dirinya mengalir sungai kesabaran yang sengaja Dia biarkan membasahi kembali tanah tandus bertajuk “kecewa dan putus asa”.

 Dari aliran itulah saya tahu, bahwa sungai akan selalu memberi kehidupan pada apapun di sekitarnya. Sama seperti semangat dalam diri yang kembali ia hidupkan, meski harus menahan dalam-dalam segala kecamuk.


So, thanks Rabb for giving me a river flows in him. :)


20 Oktober 2014, 23:04
(Masih berkutat di hari pertama)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar